
Militer Israel menyatakan sedang melancarkan “serangan besar-besaran” di Jalur Gaza, sedikitnya 330 warga Palestina tewas menurut laporan kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza.
Banyak orang sedang menyantap hidangan sahur pada bulan suci Ramadan ketika ledakan mulai terjadi di Gaza pada Selasa (18/03), menurut saksi mata.
Lebih dari 20 pesawat tempur Israel terbang di udara, ujar mereka.
Pesawat-pesawat itu kemudian mulai menghantam target di Kota Gaza, Rafah, dan Khan Younis.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) bilang mereka menargetkan apa yang mereka sebut sebagai “sasaran teror” yang dimiliki Hamas.
Mahmoud Abu Wafah, wakil menteri dalam negeri di Gaza sekaligus pejabat keamanan Hamas tertinggi di wilayah tersebut, dilaporkan tewas dalam sebuah serangan.
Ini adalah gelombang serangan udara terbesar di Gaza sejak gencatan senjata dimulai pada 19 Januari silam. Pembicaraan untuk memperpanjang gencatan senjata Gaza gagal mencapai kesepakatan.

Perdana Menteri Benjamin Netanyanyu dan Menteri Pertahanan Israel Katz memerintahkan serangan itu pada Selasa (18/03) pagi, menurut sebuah pernyataan dari kantor perdana menteri.
“[Serangan] ini menyusul penolakan berulang kali Hamas untuk membebaskan sandera kami, serta penolakannya terhadap semua proposal yang diterimanya dari Utusan Presiden AS Steve Witkoff dan dari para mediator,” katanya.

“Israel, mulai sekarang, akan bertindak melawan Hamas dengan kekuatan militer yang semakin meningkat,” tambahnya.
Rencana serangan tersebut “dipresentasikan oleh IDF selama akhir pekan dan disetujui oleh pimpinan politik”, katanya.
Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, memperingatkan Hamas untuk membebaskan semua sandera, menyatakan “kami tidak akan menunjukkan belas kasihan kepada musuh kami.”
Hamas menanggapi serangan ini dengan menuduh Israel melakukan pengkhianatan karena membatalkan perjanjian gencatan senjata.

Hamas juga mengatakan tindakan Israel mengancam nasib sandera Israel yang tersisa yang hingga kini masih ditahan di Gaza.
Kendati begitu, Hamas belum menyatakan bahwa mereka melanjutkan perang, namun justru menyerukan para mediator dan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk melakukan intervensi.
Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa Israel telah berkonsultasi dengan Gedung Putih sebelum melakukan serangan, seorang juru bicara Gedung Putih mengatakan kepada Fox News.

Para negosiator telah berusaha mencari jalan keluar setelah fase pertama gencatan senjata sementara berakhir pada 1 Maret 2025.
AS mengusulkan untuk memperpanjang fase pertama hingga pertengahan April, termasuk pertukaran lebih lanjut sandera yang ditahan oleh Hamas dan tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel.
Namun seorang pejabat Palestina yang mengetahui pembicaraan tersebut mengatakan kepada BBC bahwa Israel dan Hamas tidak setuju mengenai aspek-aspek kunci dari kesepakatan yang ditetapkan oleh Witkoff dalam pembicaraan tidak langsung tersebut.

Perang terbaru antara Israel dan Hamas dimulai pada 7 Oktober 2023, saat serangan Hamas menewaskan lebih dari 1.200 orang di Israel selatan, sebagian besar warga sipil, dengan 251 orang disandera.
Serangan tersebut memicu serangan militer Israel yang sejak itu telah menewaskan lebih dari 48.520 orang, sebagian besar warga sipil, menurut angka dari kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.
Sebagian besar dari 2,1 juta penduduk Gaza telah mengungsi berkali-kali.
Diperkirakan 70% bangunan telah rusak atau hancur, sistem perawatan kesehatan, air, dan sanitasi telah runtuh dan terjadi kekurangan makanan, bahan bakar, obat-obatan, dan tempat tinggal. hps/sumber:bbcnewsindonesia