Illustrasi Kepsek melarikandiri setelah menggelaokan dana siswa miskin. (kolase: hps)

Lari Bersama Istri ke Jawa Telantarkan 3 Anaknya, Satu Berusia 3 Tahun

Tanjabbar, PRESTAIREFORMASI.COM – Seorang Kepala Sekolah (Kepsek) bernama Apedi di Kabupaten Tanjungjabung Barat (Tanjabbar) Provinsi Jambi, melarikan diri setelah menggelapkan dana siswa miskin sebesar Rp. 42 juta .

Sudah 7 bulan bolos dan hingga kini tak masuk kerja. Diduga dia melarikan diri ke Pulau Jawa untuk mengelak pertanggungjawaban hukum.

Berdasarkan penelusuran Wartawan Surat Kabar PRESTASI REFORMASI.COM dan media online PRESTASIREFORMASI.COM ke SD Negeri No 7/V, desa Penyabungan kecamatan Merlung kabupaten Tanjabbar, sejumlah sumber di sana menyebut, hingga Senin (27/7/2020), sudah 7 bulan Apedi menghilang dan tidak melaksanakan tugasnya sebagai kepala sekolah.

Beberapa nara sumber di sekolah itu, menyebut diduga Apedi melarikan diri ke Pulau Jawa, karena telah menggelapkan bantuan dana untuk siswa miskin dari Pemerintah.

“Jumlah dana siswa miskin yang digelapkan Apedi dari mulai tahun 2017, 2018 dan 2019 mencapai Rp. 45 juta. Uangnya diduga digunakan untuk kepentingan pribadi. Semenjak kasus penggelapan dana mencuat ke publik, Kepsek tersebut melarikan diri ke Jawa bersama istri,” sebut sumber.

Sebenarnya, kasus penggelapan itu sudah sampai ke Dinas Pendidikan setempat. Bahkan, informasi menyebut sudah diselesaikan anak Apedi bernama Duwik, mengganti uang yang digelapkan sebesar Rp. 45 juta itu.

Meskipun sudah diganti anaknya, namun Dinas Pendidikan tetap memberi sanksi administratif dengan cara memindahkan Apedi ke Desa Simpang Abadi, Pematang Lumut Tungkal.

Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kabupaten Tanjabbar Martunis, saat di kompirmasi membenarkan bahwa Apedi sudah 7 bulan tidak bertugas di sekolah sebagai PNS.

“Kepsek tersebut tidak pernah masuk lagi sejak kasus penggelapan itu, bahkan sudah dua kali dikirim surat panggilan, tapi hingga kini belum ada kabar beritanya. Tinggal sekali lagi panggilan, kalau tidak juga maka kita akan ambil tindakkan tegas,” ungkap Kadisdik Tanjabbar itu.

Ketika dimintai keterangan dari Duwik di kediamannya, mengakui sudah sudah 2 kali menerima surat pangilan dan SK pemindahannya dari Kadisdik Tanjabbar.

SD Negeri No. 7/V DesaPenyabungan Kecamatan Merlung, Kabupaten Tanjabbar, Provinsi Jambi. (Foto: Marjuni)

“Benar sudah dua kali surat panggilan dari skpd saya terima pak, tapi orangtua saya hingga saat ini belum pulang. Lantas saya tidak bisa berbuat apa-apa, karena tidak tahu di mana ayah saya itu berada,” sahut Duwik menjawab pertanyaan PRESTASI REFORMASI.

Wakil Kepsek SD 7/v saat ditemui, juga membenarkan Apedi sudah dipindahkan dari sekolah tersebut.

“Hanya saja, sekolah kami ini hingga sekarang tidak mendapatkan dana BOS, sehingga para guru honor sudah 6 bulan tidak mendapatkan gaji alias honor komite, termasuk kebutuhan lainnya,” ujar Wakil Kepsek itu.

Salah seorang guru SMP Lampisi Sugianto, saat disambangi media ini, mengakui Duwik anak Apedi adalah tenaga honor sebagai operator di sekolah itu.

BERITA JAMBI LAINNYA

“Duwik sebagai operator di SMP Lampisi, sudah diberhentikan akibat tidak jujur,” ungkapnya.

Bahkan Sugianto pun menyebut raibnya Apedi dan tidak bertanggung jawab akibat kesalahan Kadis Tanjabbar.

“Pak Martunis selaku Kepala Dinas bodoh, masak orang sudah lari baru dipermasalahkan, sementara pak Apendi itu semua gajinya sudah habis dia pinjam dari bank sampai. Bahkan dana pensiunnya pun sudah diambilnya,” ungkapnya.

Menurut Sugianto, jadi Apedi takkan mungkin pulang lagi balik, kini tinggal menjadi tanggung jawab Dinas Pendidikan Tanjabbar saja.

“Pak Apedi itu kan PNS, sehingga tidak gampang memberhentikannya tutur,” Sugianto.

Untuk memastikan keberadaan Kepsek SD No 7/V desa Penyabungan itu, saat handphonenya dihubungi, ternyata nomor selular itu tidak aktip lagi.

Kini isu yang berkembang, menyebut keberadaan kepsek tersebut simpang siur. Ada yang menyatakan kabur ke Kalimantan, ada juga bilang ke Jawa Sementara pihak keluarga pun tidak bisa menjelaskan keberadaan Apedi.

Hanya saja, menurut warga sekitar tempat tinggal Apedi, mengungkapkan Kepsek tersebut memang banyak masalah. Buktinya, dia tega kabur bersama istrinya meninggalkan tiga anak kandungnya. Pertama Duwik, kedua berumur 18 tahun dan ketiga masih berumur tiga 3 tahun.

Kini kedua anak Apedi menjadi tanggung jawab Duwik, yang dulunya operator di SMP Lampisi, namun sudah dipecat dan sekarang terpaksa jadi penjual sayur untuk menyambung hidup. (h/Marjuni)

BACA BERITA LAINNYA:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *