PRi.Com- Semula, orang tak memperkirakan virus corona yang bermutasi menjadi 2019-nCoV ini akan mengancam keselamatan umat msnusia di dunia, khususnya masyarakat di Cina yang terlanjur terbuai pesatnya laju pertumbuhan ekonomi dan industrialisasi.
Ternyata, luar biasa, hingga Sabtu (8/2/2020), diperkirakan korban nyawa akibat virus Corona sudah mencapai 722 orang di Cina- dan 34.500 positif terinveksi, sehingga disebut anbakal lebih parah dari SARS di tahun 2003 lalu.
Namun dampak yang tak kalah menakutkannya adalah dampak terpuruknya perekonomian di negara tirai bambu itu, sehinngga Pemerintah China telah memerintahkan seluruh pengelola mal untuk tutup, bioskop dan pabrik berhenti beroperasi.
Dengan industri manufaktur dan aktivitas bisnis yang terhenti, pertumbuhan PDB China di kuartal I-2020 kemungkinan akan mengkerut menjadi 3,8 persen. Itu setara dengan US$ 62 miliar. Perkiraan ini dikeluarkan ekonom UBS, Wang Tao.
Sejumlah roda bisnis akan terpukul sangat keras dengan wabah virus corona ini. Selain restoran, bisnis katering, hiburan, layanan jasa, retail dan transportasi akan terkena imbas.
” Downsize jika diperlukan, relokasi pabrik jika butuh, atau PHK karyawan jika mendesak,” tulis Wang Ran, pendiri persahaan investasi CEC Capital dalam blog terbarunya. ” Hanya mereka yang bisa melwati masa ini dapat bertahan dan melihat masa depan.”

Bisa Menggulung Ekonomi Dunia
Tidak hanya mengancam nyawa manusia, wabah virus Corona yang bermula di Wuhan juga membahayakan perekonomian dunia, terutama China.
Apalagi wabah ini merebak bersamaan dengan Tahun Baru Imlek, saat roda ekonomi China berputar kencang-kencangnya karena konsumsi masyarakat meningkat tajam.
” Corona virus, ini menimbulkan pesimisme yang menggulung ekonomi pada Januari ini yang biasanya terjadi Chinese New Year dianggap salah satu momentum Tiongkok bisa meningkatkan pertumbuhan ekonominya melalui faktor domestik, yaitu konsumsi mereka,” kata Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dikutip dari , Selasa 28 Januari 2020.
Penyebaran virus corona yang cukup cepat akan melemahkan perekonomian China. Kebijakan ekonomi yang disusun oleh Negeri Tirai Bambu itu diprediksi takkan terealisasi dengan baik.
“ Dengan adanya corona virus dan kemudian terjadi policy lock down, seluruh potensi pertumbuhan ekonomi China dari domestic factor tidak realize (terwujud). Kehilangan momentum karena persis terjadi Chinese New Year yang bahkan liburnya diperpanjang sampai early Februari,” kata dia.
Kondisi tersebut menggambarkan kebijakan yang telah disusun tidak selalu mampu terealisasi dengan baik. Sebab, masih ada potensi lain yang bisa mengganggu seluruh target yang ditetapkan. Kondisi tersebut pun harus diwaspadai oleh seluruh negara di dunia.
” Ini (virus corona) menggambarkan bahwa risiko itu bisa unpredictable dan very volatile jadi semua negara wajib selalu waspadai dan siapkan instrumen kebijakan dalam hadapi satu sisi keinginan untuk terus tumbuh. Keinginan untuk terus menjaga momentum harus, tapi tidak bisa buta terhadap environment,” kata dia.
Deretan Bisnis yang `Jatuh Sakit` Karena Virus Corona
Virus corona yang menyerang China dan menyebar ke berbagai dunia mencekam seluruh negara. Selain memakan korban jiwa, virus corona yang bermutasi menjadi 2019-NCoV juga meruntuhkan sendi-sendi ekonomi Tiongkok yang saat ini jadi motor ekonomi dunia.
Penyebaran virus corona membuat sederet pebisnis gigit jari. Mereka harus bersiap menelan pil pahit di tahun tikus logam tersebut.
Dikutip dari South China Morning Post, Selasa 28 Januari 2020, bisnis travel seperti Trip.com dan Fliggy menawarkan pembatalan booking gratis yang dibuat untuk bepergian ke Wuhan.
Hal yang sama dilakukan situs pemesanan tiket online, Meituan Dianping dan Qunar.com juga akan memberikan jasa full refund bagi mereka yang berada di area terinfeksi.
Kalangan pebisnis ritel dan restoran juga sepertinya harus memperbarui target pendapatannya. Merujuk data penjualan tahun baru China lalu, Kementerian Perdagangan Tiongkok melaporkan penjualan ritel dan restoran di sana selama libur panjang akhir tahun mencapai 1 triliun yuan (Rp1.959,05 triliun). Kini, penjualan hanya mencapai 513,9 miliar yuan (Rp1.006,75 triliun).
Bisnis transportasi juga diperkirakan bakal terpukul oleh virus Corona. CNBC, yang dikutip oleh Liputan6, memberitakan Wakil Menteri Transportasi Tiongkok, Liu Xiaoming, mengatakan ada penurunan perjalanan dari masyarakat pada hari pertama Tahun Baru Imlek sebesar 28,8 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu.
Dengan rincian, perjalanan udara turun 41,6 persen, perjalanan kereta api sebesar 41,5 persen dan transportasi darat di jalan raya menurun 25 persen. (h/berbagai sumber)
Daftarkan email anda untuk berlangganan berita terbaru kami
DAFTAR