Catatan Perjalanan Bgd. Masri Tanjung Wartawan Binaan Lantamal I
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Jalesveva Jayamahe !
Dengan mengucap puji dan syukur ke Hadirat Allah Azza Wa Jalla atas limpahan ni’mat kesehatan dan kelapangan waktu, sehingga penulis dapat berbagi seuntai kenangan manis penulis bersama Panglima “Lasak” Laksdya TNI |(Purn) Djoko Sumaryono.
Beriring salam serta do’a kami tujukan khusus kepada Yth. Bapak Laksdya TNI (Purn) Djoko Sumaryono. Semoga Allah SWT selalu memberikan yang terbaik kepada Bapak sekeluarga : sehat, bahagia dan sukses dalam menjalankan tugas dan aktifitas sehari-hari dalam naungan Barokah, Rahmat dan Karunia-Nya. Aamiin Yaa Rabbal Alamiin.
Mohon izin ! Sebelumnya perkenankan kami merangkai seuntai kenangan manis dalam tulisan singkat ini terkait kesan penulis bersama Yth. Bapak Laksamana Madya (Laksdya) TNI (Purn) Djoko Sumaryono yang saya juluki Panglima “Lasak”.
Lasak dalam keperluan menunaikan tugas sebagai Pangarmabar dalam Belanja Masalah Selat Malaka bagi mendukung dan memberikan jaminan keamanan serta tegaknya Hankamneg di laut dan rasa nyaman bagi pengguna laut khususnya di wilayah kerja Koarmabar.
Orang Bijak berujar: “ Sesuatu yang paling jauh adalah waktu yang telah berlalu. Ia tak akan pernah kembali lagi.”
“Kenangan nan manis mesti berlalu.”
Begitu kata Ernie Djohan dalam penggalan bait tembang kenangan spesialnya di era 1960-an. Namun di suatu hari torehan kenangan manis bisa membekas dan nyata. Ia tak hilang untuk dikenang dan diulang-ulang kembali bersama nyanyian kecil.
Ini di antaranya kenangan manis penulis bersama sosok mantan Perwira Tinggi TNI AL berpangkat Laksamana berbintang tiga—di tahun 2002 beliau menjabat sebagai Panglima Komando Armada RI kawasan Barat (Pangkoarmabar) Laksamana Muda (Laksda) TNI Djoko Sumaryono.
“Pipi Memerah Berujung Senyum”, Amat tertarik penulis menyingkap rangkaian perjalanan tugas pengamanan laut bersama Mbah Humanis ini, karena ada sepenggal kalimat yang tersisa dan terselip di sudut hati, sehingga terkesan nyaris memupus senyum yang pernah ada dari Pati TNI AL (Purn) pemilik hobbi bulu tangkis ini.
Lagu Berganti dengan Julukan
Kala itu, Rabu medio Mei 2002 dalam acara Coffee Moorning di Lounge Room Yos Sudarso Mako Pangkalan Utama TNI AL (Lantamal) I Belawan. Suasana pagi itu terkesan sangat kelautan.
Acara minum kopi pagi para perwira matra laut ini berlangsung khidmat dipandu MC kondang Lantamal I Mayor Laut (K/W) Drg. Nora Lelyana Karumkital Dr.Komang Makes Lantamal I Belawan. Kini Bu Nora telah berpangkat Laksamana Pertama.
Setahu bagiamana pagi itu Mbak Nora menyodorkan microphone kepada penulis untuk menyumbangkan tembang kenangan spesial.
Entah kenapa, yang biasanya pantang bagiku tidak menyanyi bila mic sudah di dalam genggaman. Namun, pagi itu bibirku bergamit lebih memilih buat kejutan dengan memberikan julukan untuk Bapak Djoko Sumaryono.
“Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuh… Selamat pagi dan salam bahagia… Jalesveva Jayamahe!” Mohon izin saya tidak menyanyi. Tapi saya ingin mengatakan : “Laksamana Muda TNI Djoko Sumaryono Panglima ‘Lasak’.” Begitu ungkapan penulis menjuluki Pati TNI AL pengagum kelautan ini.
Tapi, apa yang terjadi?.. Seiring gelora ungkapan penulis tadi, suasana berubah hening. Wajah-wajah senyum sontak memerah. Walhasil aku pun dipanggil oleh seorang Pamen berpangkat Kolonel untuk menjelaskan makna sesungguhnya terkait kata “lasak”.
Berbekal semangat lasak di ujung Utara Selat Malaka itu pula penulis dengan diplomatis mengatakan, “Mohon izin Bapak, Lasak yang saya maksud sebagai julukan untuk Bapak Djoko Sumaryono adalah Bapak Pangkoarmabar ini tidak pernah mau duduk santai dan tenang”.
Terus keliling ke sana ke mari sejak dari kamar mesin. geladak sampai ke anjungan KRI. Ini terus berlangsung sejak KRI lepas tambat dari dermaga Lantamal I sampai ke tengah laut. Dalam hatiku, kapan istirahatnya Panglima ini.
OPERASI RENCONG LAUT
KRI TODAK – 631
Itu penulis saksikan langsung saat dibawa berlayar meliput kegiatan Patroli Kemanan Laut DENGAN SANDI Operasi Rencong Laut 2002.
Operasi ini menyisir perairan Utara Selat Malaka dan perairan Lautan Hindia pantai barat Sumatera pada 16-17 Maret 2002.Dalam pelayaran ini Pangarmabar didampingi Wadan Lantamal I Kolonel Laut (P) Muchlisin Safuan dan Komandan Lanal Dumai Letkol laut (P) Daniel Madjid.
Hari sudah larut malam. Angin malam yang ‘merobek’ mulut Selat Malaka berpadu hempasan gelombang terasa menggoncang dadaku untuk bergerak merambat ke geladak lambung kanan Kapal Perang berkecepatan tinggi itu sekedar melihat keadaan laut di malam hari.
Sepi senyap sudah pasti. Hanya suara mesin KRI terasa meraung-raung melawan gerudukan gelombang.Yang kubayangkan di geladak KRI Todak ini aku hanya akan berteman hembusan angin malam yang terasa membacok tulang, karena hari menjelang pelukan shubuh.
Estimasiku meleset. Tau-tau terdengar olehku suara memanggil. “Hei… Wal Ashri… Wah kamu pun belum tidur ya? Sapa Pak Djoko Sumaryono menegurku. Beliau memang lebih happy memanggilku Wal Ashri , karena di kurun itu penulis bekerja di Surat Kabar DEMI MASA. Sekarang Surat Kabar Umum PRESTASI Reformasi
Begitu penulis menoleh untuk menyahuti panggilan tersebut, ternyata yang memanggil dari anjungan KRI adalah Pangarmabar. Selanjutnya kami menyantap mie instan yang dimasak langsung oleh Panglima. Ia tidak mau membangunkan anak buahnya. Kita saja yang meramunya sampai masak Ndjung, seru Pak Djoko.
Sejak itulah kutanamkan di dalam hatiku di suatu kesempatan nanti bilamana ada acara specktaculer yang dihadiri Bapak Djoko Sumaryono aku akan mengambil momen menyampaikan bisikan hatiku melalui sebuah julukan, yakni Laksda TNI Djoko Sumaryono Panglima “Lasak”. gumamku di pundak perairan kampung halaman Laksamana Malayahati itu.
Mengejar Bandit Laut
Apa yang terekam penulis di KRI Todak-631 tentang Panglima “Lasak” di perairan ujung barat NKRI ini ternyata belum membuat penulis kaget. Terpaut sebulan dari perjalanan ini, handphone ku berdering. Kala itu hari sudah pukul 23.45 WIB. Di layar HP ku berbinar-binar nama Pangarmabar.
Aku pun merasa bahagia karena yang mengontakku Panglima, meski mataku berangsur sayu karena baru sekitar setengah jam tertidur.
Aku betul-betul bahagia, karena bagiku beliau selain seorang Panglima sebagai narasumber untuk muatan artikel di mediaku, juga kurasakan sebagai Bapak, sebagai Guru dan sebagai Abang yang dinamis dan baik hati.
“Assalamu’alaikum Bapak Panglima… Mohon izin arahan Pak !” sahutku. “Ndjung, Bapak sudah di Bandara Polonia. Ini segera menuju Mako Lantamal I Belawan.
“Mohon selaraskan waktu. Kita mau turun ke laut malam ini juga. Siapkan alat bantu tugasmu.” serunya.
Dengan menyandang kamera analog buatan Sovyet itu aku pun meluncur ke Mako Lantamal I hanya mengenakan baju koko berbalut rompi Lantamal I lengkap dengan peci lebai.
Ampun. Kali ini agak lebih ekstra kerja keras dibanding meliput Operasi Rencong laut dengan KRI Todak-631yang tergolong kapal cepat dalam pikiranku, karena kami bertolak dari dermaga Mako Lantamal I Belawan pada dinihari untuk menuju lokasi tempat kapal MV.Parna Raya 28 yang dibajak di perairan Aceh Barat.
MV.Pana Raya 28 dibajak dalam pelayaran dari Teluk Bayur menuju Belawan mengangkut muatan 8.800 ton Semen Padang curah.
Dinihari itu Panglima “Lasak” didampingi Komandan Gugus Keamanan Laut Armada RI kawasan Barat (Dan Guskamlabar) Laksma TNI Tedjo Edhie Pardjiatno dan Asintel Koarmabar Kolonel Laut (P) Darsono Tjokrosiswojo.
Dalam pada itu kuperhatikan gerak-gerik sang Panglima. Ternyata Panglima Lasak tetaplah lasak sebagaimana Be the Best and Do the Best yang pernah ia lakoni setiap kali turun ke laut dalam Belanja Masalah dan menuntaskan masalah di wilayah kerjanya.
Menghempang Tawuran di Laut
KRI TELUK GILIMANUK-531
Belum cukup sebulan pasca Mengejar Bandit Laut, pembajak MV.Parna Raya 28, handphone kembali diseruduk nomor panggil Pangarmabar. “ Assalamu’alaikum Tanjung… pukul 11.30 siang ini posisi Bapak di Mako Lantamal I. Jam 13.00 kita turun ke laut, seru Panglima.
Pelayaran kali ini untuk meredam aksi tawuran antar nelayan tradisional kawasan Pantai Labu Deliserdang dengan nelayan Kuala Besar,Langkat, Sumateta Utara.
Kami pun berlayar bersama ratusan nelayan tradisional dari Medan Utara dengan menggunakan KRI Teluk Gilimanuk-531 menyisir perairan pantai timur Sumatera Utara.
Alhamdulillah diplomasi yang dipimpin Panglima ”Lasak” ini mebuahkan hasil sebagaimana idaman banyak pihak. Tawuran antar nelayan tradisional ini berhasil diredam dengan menempuh jalan berdamai.
Di KRI jenis Landing Ship Thank eks Jerman Timur ini Panglima “Lasak” didampingi Asintel Koarmabar Kolonel Laut (P) Darsono Tjokrosiswojo, Dansatroltas Lantamal I Mayor Laut (P) Suprianto Irawan. Pak Suprianto Irawan yang kini menjabat Sekretaris Utama Bakamla RI sebelumnya menjabat Asisten Pengamanan (Aspam) Kasal berpangkat Laksamana Muda.
Dari perjalanan tugas pengamanan laut wilayah kerja Koarmabar yang terakumulasi ini, penulis membuat kesimpulan memberikan julukan Pangarmabar Laksda TNI Djoko Sumaryono Panglima “Lasak”.
Membina Mantan “Bandit Laut” Jadi Pengusaha Industri Maritim
Setelah 15 tahun berlalu—2002-2017—Bapak yang kuanggap sangat rendah hati ini muncul di Mako Lantamal I Belawan. Alhamdulillah Pak Djoko datang, dalam hatiku senang.
Melantik Kepengurusan PPAL Wilayah Belawan
Kehadirannya kali ini ke Mako Lantamal I Belawan terkait dengan pelantikan Pengurus Purnawirawan Angkatan Laut (PPAL) Wilayah Belawan. Pak Djoko sebagai Ketu Umum PPAL. Penulis pun diberi penghargaan oleh Ketum PPAL ini sebagai Anggota Istimewa PPAL Wilayah Belawan.
“Di Tempat Terang Dibimbing, Di Kegelapan Tidak Dirtinggalkan” . Begitu kata pepatah. Setelah melantik Pengurusan PPAL Wilayah Belawan, pada 17 September 2017,
Bapak yang memiliki skill pertambakan ini memberikan amanah kepada Pengurus PPAL Wilayah Belawan untuk mengelola pertambakan milik Djoko Sumaryono di areal pertambakan Belawan.
Dua Tiga Pulau Terlampaui
“Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui.” Sepantun kata bijak inilah komitmen yang diimplempentasikan Panglima “Lasak” ini kepada jajarannya di PPAL Wilayah Belawan. Membuka peluang usaha di masa purna bhakti untuk bisa berkembang.
Tak Cuma itu. Sebelum memberikan peluang usaha kepada PPAL Wilayah Belawan, mantan Kalakhar Bakamla RI ini sempat memberdayakan ratusan mantan “bandit laut” untuk dibina menjadi petani/nelayan budidaya rumput laut di Kepri.
Usaha budidaya rumput laut yang dilakoni Pak Djoko, ternyata bukan cuma mendatangkan hasil untuk keperluan mengisi nafkah keluarga para petani/nelayan budidaya rumput laut binaannya itu saja.
Tapi mereka telah bertekad kuat “menggantung” alat bantu untuk yang selama ini mereka gunakan untuk melakukan operasi pelanggaran hukum di dengan dalih untuk mencari nafkah. Malkah di antaranya ada yang sudah bisa memberikan da’wah sebagai bimbingan ajaran agama.
Demikian seulas kesan kenangan manis penulis bersama mantan Panglima ”Lasak” Laksda TNI Djoko Sumaryono ini saya singkapkan. Mudah-mudahan bermanfaat khususnya bagi Pak Djoko Sumaryono sang penggurat kesan indah.
Jika terdapat kesalahan kekeliruan dalam tulisan singkat ini, baik tempat dan waktu serta tanda baca yang kurang tepat, kepada Pak Djoko Sumaryono dan Bapak-Bapak yang saya sebutkan sebagai pendamping rangkaian perjalan tugas Panglima “Lasak” ini, mohonlah saya diberi ma’af.
“Cenderawasih dari Irian…
Bondowoso Kalideres……..
Terima kasih atas atensi dan binaan…
Moga Pak Djoko sehat, bahagia dan sukses…”
Aamiin Allahumma Aamiin.
Salam Hormat penulis
Bgd. Masri Tanjung
Jalan Selebes Gang Alfalah I Belawan II
Medan Belawan, Sumatera Utara (20412).