Marwa si penjual tisue itupun berhasil menjadi juara 1, berhasil membawa pulang medali dan hadiah-hadiah lainnya, termasuk uang untuk ia persembahkan kepada ibunya di rumah.

Masa depan adalah milik orang-orang yang bisa berfikir, bekerja keras dan berkreasi.
Masih ingatkah kita ada seorang Gadis kecil berusia 10 tahun bernama “Marwa” ia biasa berjualan tisue di kota Aswan, Mesir.

Suatu hari Marwa bergegas untuk menonton perlombaan marathon yang diselenggarakan untuk anak-anak dari kejauhan dan dia dengan cepat berlari ke arah mereka untuk menanyakan, “Apakah saya dapat berpartisipasi?”

Meskipun dia tidak bisa membayar biaya perlombaan, juga tidak memiliki sepatu atau pakaian olahraga untuk suatu perlombaan, dia tetap ingin ambil bagian dan memiliki keinginan untuk menang!

Saat itu panitia penyelenggara tidak melarang anak yang tidak punya ini mengikuti lomba maraton. Marwa berlari tanpa alas kaki.. Dia berlari seperti biasa mengejar orang-orang di jalanan untuk menjual tisue kepada mereka… Marwa berlari dengan kebanggaan orang miskin, berlari seolah-olah dia terbang menuju langit untuk menembus garis finis.

Yang membuat semua orang tercengang dan terkejut, dia berada di posisi pertama serta meraih medali emas, dia keluar sebagai juara.

Pech Theara seorang remaja asal Kamboja berusia 13 tahun.

Terlepas dari keadaannya yang tidak menguntungkan, Marwa percaya pada dirinya sendiri dan tidak membiarkan rintangan atau kemunduran apa pun menghalangi pencapaian tujuannya.

Marwa si penjual tisue itupun berhasil menjadi juara 1, berhasil membawa pulang medali dan hadiah-hadiah lainnya, termasuk uang untuk ia persembahkan kepada ibunya di rumah.

Selanjutnya, Pech Theara seorang remaja asal Kamboja berusia 13 tahun telah mengejutkan dunia saat ikut kompetisi sepeda gunung meskipun ia mengayuh tanpa alas kaki tanpa sarung tangan atau helm, meskipun sepedanya tidak memiliki suspensi, single speed, dan hanya memiliki satu rem. Theara lahir dari keluarga miskin ayah nya buruh kasar sedangkan ibunya menderita penyakit degeneratif kronis.

Kondisi keluarganya yang cukup memprihatinkan tidak membuatnya menyerah pada keadaan.

Ketika dia mengetahui ada ajang sepeda gunung Kamboja yang diselenggarakan CVP Cycling Tim Amatir yang menarik ratusan peserta dalam kategori elit untuk remaja, Theara tidak ragu untuk mendaftar meskipun ia menyadari kekurangannya dalam hal materi, dia tidak gentar karena bakat dan tekadnya yang besar jauh lebih penting.

Theara datang dengan “Kuda Besi” berkaratnya ke kompetisi untuk anak anak di bawah usia 15 tahun yang berlangsung pada tanggal 8 November 2020. Para pesaing juga mereka yang hadir menatapnya tak percaya karena perlombaan dilangsungkan di sirkuit di Perk leap , lintasan tanah yang mendaki lumpur dan berbatu juga turunan curam yang berbahaya.

Semua itu tentunya harus dilewati bukan hanya mengandalkan keterampilan namun harus ditunjang dengan sepeda yang safety. Theara dengan menggunakan celana pendek dan kaos hitam, dia langsung melesat di depan garis start meninggalkan 30 pesaingnya .

Sepanjang perlombaan dia begitu bersemangat ingin mengungguli pesaingnya yang menggunakan sepeda yang lebih bagus dan aman. Tetapi dia mempunyai modal yang lebih banyak membawa keberanian, tekad, ketekunan, dan kecerdasan kompetitif yang tidak dimiliki oleh para pesaingnya.

Pech theara membuka mata kita bahwa segala rintangan dan kekurangan bukan alasan untuk kita menyerah pada keadaan.

Tekad yang besar meraih tujuan adalah kekuatan besar manusia sementara mereka yang memandang rendah harus dimanfaatkan sebagai dorongan agar kita harus berjuang dan bahwa di dunia ini tidak ada yang mustahil.

Keberhasilan sejatinya ketika kita berani untuk memulai dan tidak pernah ada kegagalan dalam kamus hidup mereka yang mau berusaha.

“Saya memakai sandal jepit untuk berjalan tetapi di sepeda saya melepasnya karena menghalangi tetapi saya tidak merasa buruk apalagi malu karena saya datang ke sini untuk bersaing. Sejak saya tiba saya berpikir untuk menang dan saya melakukannya,” ucap Pech Theara.

Pelajaran apa yang dapat kita petik dari mereka?.

Menjaga semangat bukan perkara mudah, ketika semangat menghilang, kesuksesan akan menjauh dan makin sulit diraih.
Walahualam bi shawab. (Oleh: Abdul Aziz)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *