Tapteng, PRESTASIREFORMASI. COM – Dengan mengusung thema “Mangumpu nan baserak, maluruskan nan bengkok, mangangkek batang nan tabanam”
Sebanyak 26 orang lebih warga Tapteng/Sibolga yang menamakan diri sebagai Etnis Pesisir, berembuk berdialog dan diskusi menyatukan persepsi tentang budaya pesisir di Mess Pemprovsu. Parapat, 8-9 Januari 2022 lalu.Hal itu disampaikan Asy’ari Hidayat Sihite. M. M kepada Prestasireformasi. com melalui WhatsApp nya yang diterima Senin 10/1-2022.
Mereka antara lain, 1.Aguslan Simanjuntak, S.E., 2.Dr. Irfan Simatupang, M.Si, 3.Dr. M. Zahrin Piliang, M.S,i, 4.Dr. M. Nasir Pohan, Sp.B, 5.Dr. Hasnan Syarief Panggabean, M.Pd, 6.Irmansyah Batubara, S.H., M.Kn.7.Syahminan Siregar, S.E., M.Pd, 8.Dr.Irwan Syari Tanjung, M.Si, 9.Masran Munthe, M.Si,10.Asy’ari Hidayat Sihite, M.M, 11.Mastar ‘Ain Tanjung, B.A, 12.Hengki Tanjung, S.H,
13.Aan Andree, Psi, 14.Irwansyah Harahap, S.E, 15.Syarifuddin Falam, S.H, 16.Kasman Simatupang, S.H, 17.Sofyan Tanjung, 18.Sudirman Panggabean, 19.Hasan Nainggolan, 20.Kasmir Tanjung,
21.Faisal Amni Simatupang, 22.Halimah Hutagalung, 23.Diana Hutagalung, 24.Rosni Alizam, 25.Hafdar Chaniago
dan 26.April Naldi.
Asy’ari mengatakan, Dalam dialog dan diskusi itu Sofyan Tanjung salah seorang peserta, menjelaskan, ada semacam aura kecemasan, amarah tapi juga kerinduan yg sama yg menyatukan para peserta dialog dan diskusi dalam ruangan itu.
Yakni kecemasan atas potensi termarginalkannya adat budaya masyarakat pesisir di masa depan. Baik karena kondisi subjektif internal maupun karena faktor eksternal, Agresifitas migran,kata Sofyan
” ada banyak hal yg membuat Kita patut marah dan prihatin atas keberadaan kebudayaan pesisir belakangan ini. Baik karena eksisistensinya yang “tabanam” (tidak lagi sekedar “tarandam “), krn secara formal keberadaan budaya Etnis Pesisir “sempat” tidak tercatat sebagai salah satu dari 8 etnis Sumatera Utara.ujar Sofyan.
Menurut Sofyan Tanjung kebudayaan itu memang terkadang panjang dan melelahkan. Adakalanya Kita harus dipaksa “berkelahi” untuk menegakkan eksistensinya.
Memori kanak-kanak Kita yang menyimpan banyak keindahan Sikambang, Talibun, Tari alek, suara menghiba-hiba Singkadu, kebanggaan sebagai orang pesisir, kerinduan kembali ke masa lalu faktor itulah yang membuat dialog dan diskusi hangat dan bersemangat,terangnya.
Semoga apa yg sudah dirumuskan dan direkomendasikan dalam musyawarah tersebut bermanfaat bagi pengembangan adat dan budaya pesisir Tapanuli Tengah-Sibolga.
Etnis yang kuat dan solid akan melahirkan kebudayaan yg kreatif dan mumpuni. Sebaliknya kebudayaan yg lemah akan menenggelamkan eksistensi etnis.
Salam untuk Nagari Badusanak Basumando Tapanuli Tengah-Sibolga. Oiii Dusanak.(Zurlang /Asy’ari)