Jakarta, PRESTASIREFORMASI.COM – Koalisi Aksi Manyelamatkan Indonesia (KAMI) resmi dideklarasikan di Tugu Proklamasi, Jakarta, kemarin. Salah satu deklarator, Ahmad Yani, mengakui KAMI diisi barisan sakit hati.

“Bukan sakit hati karena tak dapat jabatan, melainkan sakit hati karena rakyat belum sejahtera, keadilan dan hukum belum tegak berdiri di negeri ini,” ujarnya.

Deklarasi KAMI berlangsung selama tiga jam. Mulai dari pukul 10.00 hingga 12.00. Para deklarator berdiri tegap membacakan delapan poin tuntutan. Mereka kompak mengikatkan seutas kain panjang merah putih di lehet masing-masing. Dikalungkan. Mereka juga menggunakan masker dan sebagian ditambah face shield.

Dalam daftar yang disebar, panitia memasukkan 56 orang sebagai deklarator. Di antaranya ada nama-nama beken. Dari purnawirawan tentara, ada Gatot Nurmantyo, Tedjo Edhy Purdijatno, Syamsir Siregar, Soenarko, Amirullah Amin, dan Yayat Sudrajat. Dari ulama ada Din Syamsuddin, Sobri Lubis, Busyro Muqqodas, Bachtiar Nasir, dan Abdul Rasyid Abdullah Safei.

Dalam daftar yang disebar, panitia memasukkan 56 orang sebagai deklarator, mulai purnawirawan TNI, Politisi, Ekonom dan mantan pejabat. (Foto:hidayatullah.com)

Dari politisi ada Ahmad Yani, Bachtiar Chamsyah, MS Kaban, Tamsil Linrung, dan Nurhayati Assegaf. Kemudian, dari aktivis ada Abdullah Hehamahua, Syahganda Nainggolan, Adhie Massardi, Marwan Batubara, Neno Warisman, dan Lieus Sungkharisma.

Dari ekonomi ada Sri Edi Swasono dan Ichsanuddin Noorsy. Dari pakar hukum ada Refly Harun. Selanjutnya, dari mantan pejabat ada Said Didu dan Jumhur Hidayat. Refly Harun, Gatot, dan Tedjo Edhy juga masuk jajaran mantan pejabat. 

Di hadapan deklarator, berdiri tenda besar bercorak merah putih. Pendukung KAMI berkumpul di tengahnya. Jumlahnya cukup banyak. Bahkan sampai meluber hingga ke pintu masuk dan jalanan. 

Saat masuk, pengunjung disambut ibu-ibu yang memegang Bendera Merah Putih serta atribut HUT ke-75 RI. Tidak ada bendera lain kecuali Merah Putih. Namun, masih ada penyusup yang memasang poster bertuliskan ‘Makzulkan Jokowi’. 

Saat diberikan kesempatan pidato, Din bicara soal hari lahir Pancasila yang berbeda dengan versi pemerintah.

“Deklarasi pada hari istimewa ini 18 Agustus 2020 mengingatkan kita pada 75 tahun yang lalu ketika UUD 1945 disahkan. Pembukaannya disepakati di dalamnya terdapat Pancasila. Maka kita berpendapat hari lahir Pancasila adalah 18 Agustus 1945,” ucap mantan Ketum PP Muhammadiyah ini.

Din kemudian mengingatkan bahwa deklarasi ini bukan akhir, melainkan sebuah awal.

“Mulai saat ini, dari tempat ini, kita bertekad untuk memulai sebuah gerakan moral untuk perbaikan dan perubahan Indonesia yang lebih baik,” ujarnya.

Usai acara, Yani bicara soal cap barisan sakit hati yang ada di tubuh kelompoknya. Mantan anggota Komisi III DPR tersebut tak menampik.

Kata dia, memang ada mantan pejabat era pemerintahan Jokowi yang menjadi anggota KAMI.

Dia menyebut, para mantan pejabat itu sebagai buzzer. “Memang ada sebagian para purnawirawan dan mantan-mantan pejabat. Itu sedikit sekali dari jumlahnya. Itu bagian dari yang namanya buzzer,” jelas Yani.

Namun, dia memastikan, orang-orang tersebut sakit hati bukan karena dipecat dari jabatannya oleh Presiden Jokowi.

“Kami betul sakit hati. Sakit hati kami bagaimana rakyat yang tidak diurus sebagaimana mestinya. Kami sakit hati bagaimana rakyat tidak dapat bekerja, tetapi tenaga kerja asing masuk di Indonesia begitu mudah,” ucapnya.

Pendirian KAMI ditentang kelompok pendukung pemerintah. Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily mempertanyakan tujuan KAMI ini. Pasalnya, kondisi demokrasi dan politik di Indonesia baik-baik saja.

“Sebagai sebuah gerakan penyelamatan. Pertanyaannya, apanya yang perlu diselamatkan?” kata Ace, kemarin.

Politisi PDIP Ruhut Sitompul bicara lebih keras. Kata dia, para mantan pejabat yang kini sakit hati lebih baik melupakan masa lalu. Mereka harus sadar saat ini sudah tidak diperlukan lagi.

“Janganlah orang yang tenggelam mau menyelamatkan kapal lagi berlayar dinakhodai Pak Jokowi menuju Indonesia baru. Mereka kan sudah kapal karam, sudah masa lalu,” sebut politisi yang akrab disapa Si Poltak ini. [h/RMo]

BERITA NASIONAL:

facebook sharing button
twitter sharing button
whatsapp sharing button
sms sharing button
sharethis sharing button

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *