Namun, yang meledak bukanlah nuklir. Melainkan amonium nitrat. Zat tersebut biasa digunakan untuk industri pertanian sebagai bahan campuran pupuk. Namun, dengan racikan yang tepat, bahan itu bisa menjadi peledak yang dahsyat. Pebisnis pertambangan dan kelompok teroris biasa menggunakan bahan tersebut.
Daya ledak amonium nitrat tak bisa diremehkan. Beberapa tragedi kecelakaan industri juga dipicu zat tersebut. Misalnya, insiden ledakan di pabrik pupuk Texas pada 2015 yang menewaskan 15 orang.
Serangan teror Oklahoma City pada 1995 juga mengandalkan zat tersebut. Saat itu pelaku menggunakan 2 ton amonium nitrat untuk menghancurkan gedung pemerintah dan membunuh 168 orang.
Yang meledak kali ini bukan cuma 2 ton. Tapi, 2.750 metrik ton. Amonium nitrat sebanyak itu disimpan di gudang tertutup selama bertahun-tahun. ’’Saya berjanji bahwa siapa pun di balik ledakan ini akan membayarnya,’’ ungkap Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab.
Masyarakat Beirut jelas marah. Apalagi, Lebanon dilanda krisis ekonomi sejak tahun lalu. Mata uang Lebanon mengalami devaluasi besar-besaran. Padahal, beberapa kebutuhan pokok bergantung impor. Alhasil, rasio masyarakat miskin melonjak menjadi 50 persen dari total populasi.
’’Kami sudah diberi cobaan dengan krisis ekonomi, pemerintah korup, dan virus korona. Semula saya kira situasi tak akan lebih buruk,’’ keluh Rami Rifai, insinyur berusia 38 tahun, kepada Agence France-Presse.
Sebagian warga menyalahkan pemerintah yang teledor karena menyimpan zat mudah meledak tanpa prosedur yang tepat. Seharusnya zat seberbahaya itu dijaga secara ketat.