Di hulu sungai Sirahar tepatnya di Husor, biasanya warga menggelar tradisi “Mamogang dan Balimou -Limou “. Tahun ini tidak digelar karena khawatir Covid-19, sehingga aliran sungai Sirahar terlihat asri dan sepi pengunjung.
Barus, PRESTASI REFORMASI.COM – Tahun 2020 ini jauh berbeda. Biasanya, setiap kali akan memasuki bulan puasa Ramadhan masyarakat Barus Kab Tapanuli Tengah selalu disibukkan dengan sebuah tradisi Mamogang dan Balimou-Limou”. Tradisi yang sudah melekat di kalangan masyarakat Barus ini, digelar sehari menjelang masuknya awal Ramadhan biasanya.
Warga akan tumpah ruah di hulu sungai Sirahar tepatnya di Husor, namun sangat beda dengan tahun ini ” Mamogang dan Balimou -Limou ” nihil atau tidak digelar aliran sungai Sirahar terlihat asri dan sepi pengunjung.
“Stay at home” di Barus berhasi , warga tidak ada yang turun menggelar acara Balimou-Limou , di rumah saja Balimou -Limounya, ” tutur Nahar Frusta kepada PRESTASI REFORMASI.COM.
Secara terpisah Rahmat Syarif Pohan salah seorang tokoh pemuda di Barus mengatakan, tidak adanya tradisi mamogang dan Balimou -Limou disebabkan bangsa dan negeri ini tengah ditimpa bencana dengan merebaknya wabah pandemi Covid -19 yang juga melanda dunia.
“Upaya mencegah terpapar wabah yang mematikan ini, warga dianjurkan untuk tetap di rumah guna memutus mata rantai penularannya,” tutur Rahmad.
“Sebagai warga masyarakat kita sangatlah memahami kondisi sekarang ini, tentunya kita secara bersama -sama melawan Covid -19 dengan mematuhi himbauan Pemerintah demi untuk kebaikan bersama, meskipun tanpa Mamogang dan Balimou -Limou ibadah puasa kita tetap Syah,” tutupnya. (Zurlang)