Tapteng,PRESTASIREFORMASI.COM – Dalam kunjungannya ke Tapteng, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar (Cak Imin) menyempatkan diri berziarah ke Makam Auliya Papan Tinggi dan Almahligai  di desa Aek Dakka Barus, Tapanuli Tengah, Sumatra Utara, Selasa (21/10/2025).

Cak Imin panggilan akrab Muhaimin Iskandar didampingi istri, Rustini Murtadho dan rombongan anggota DPR RI, tampak antusias menapaki anak tangga satu persatu hingga tiba di puncak Bukit

“Alhamdulillah, perasaan saya senang. Tempatnya juga bagus,” kata Cak Imin usai ziarah di Makam Papan Tinggi.

Kedua tempat yang dikunjungi Cak Imin merupakan situs bersejarah tentang penyebaran agama Islam di nusantara. Sekaligus menjadi bukti bahwa Barus merupakan gerbang pertama masuk Islam kenusantara.

Menko Muhaimin Iskandar dan rombongan melakukan doa bersama di kedua lokasi makam.

Seperti diketahui, Makam Syekh Mahmud di Papan Tinggi, Salah satu makam tua yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah Sumatera Utara yang dianggap paling keramat, terletak di desa Pananggahan Kecamatan Barus Utara,sekitar 4 Kilometer dari kota Barus, posisi makam berada dipuncak Bukit pada ketinggian 120 meter dari permukaan laut (dpl), untuk sampai kepuncak bukit harus menaiki sekitar 780 anak tangga.

Di komplek pemakaman ini terdapat 7 makam yang salah satunya adalah makam Syekh Mahmud yang panjang batu nisannya anatara kaki dan kepala berjarak sekitar 8 meter dengan tinggi batu nisan 2 meter.

Pada batu nisan kubur dibagian kaki tertulis ” Syech Al -‘Alim Al -Mukhtazam Syekh Mahmud Qoddasallahu Rohahu Al_muhtaram yang wafat pada tahun Dal-Mim yang diartikan tahun 44 Hijriah. Itulah sebabnya Barus dikenal dengan sebutan ” Auliya 44″,

Menurut cerita batu nisan kubur Syech Mahmud dikirim oleh isterinya dari Hadramaut.

Sedangkan tempat kedua yang diziarahi Cak Imin

Makam seorang ‘Ulama  Syekh Rukunuddin yang terletak di komplek Situs sejarah Purbakala pemakaman Almahligai desa Aek Dakka kecamatan Barus ,menurut para penutur sejarah batu nisannya ditemukan pada tahun 1963 dan pada tahun 1964 Batu nisan Syekh Rukunuddin dibawa ke Medan untuk keperluan seminar masuknya Islam pertama di Sumatera Utara. Kemudian di ketahui Syekh Rukunuddin wafat pada 13 Syafar tahun Ha-mim atau 48 Hijriah dalam usia 102 tahun 2 bulan 10 hari .

Pada tahun 1978 komplek pemakaman Mahligai sudah diteliti oleh Tim Arkeologi Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) yang dipimpin oleh Prof DR Hasan Muarif Ambary dan mereka sudah meneliti selama tiga hari di situs tersebut.

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka disimpulkan bahwa jika dilihat dari bentuk ragam hias pada nisan kubur berupa hiasan Kaligrafi dan ragam hias pada batu nisan kubur berupa Kubah ini memberikan gambaran persamaan dengan hiasan Persia yang sudah dikenal dunia sejak abad ke -6.

Selain Syech Rukunuddin di Komplek Mahligai terdapat ratusan makam lainnya yang sarat makna yang berkaitan dengan sejarah masuknya agama Islam ke negeri Barus,

Pemakaman  Almahligai ini sudah pernah dikunjungi Wapres H Adam Malik sekitar tahun 1975 dan kemudian kunjungan bpk Presiden RI Joko Widodo pada tahun 2018. Serta kunjungan Wapres KH Ma’ruf Amin pada 15 Pebruari 2023.

Barus menurut berbagai literatur merupakan kota tua dan jauh lebih tua sebelum peradaban Nusantara yang lahir dan tumbuh. Barus dikenal sebagai Kota Emporium pada abad ke-7. Sebagai kota pelabuhan internasional yang banyak disinggahi oleh saudagar dari berbagai negeri di belahan dunia. Daerah ini cukup potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan Wisata Sejarah, sekaligus menjadi spot Wisata Religi unggulan di Kabupaten Tapteng. (Catatan : , Zurlang)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *