Masih ada situs cagar budaya berupa Benteng Portugis yang berdiri kokoh di tengah tengah kota Barus (redeute te baros,1695/1696). Benteng ini digunakan oleh Portugis dan Belanda untuk menghindari serangan dari musuh dan dijadikan juga tempat penyimpanan rempah dan minyak kayu yang didapatkan dari hutan di Barus.Kondisi benteng ini memprihatinkan.

Seterusnya ada Tugu titik nol yang lokasinya dibekas pertapakan mesjid raya Barus yang porak poranda dihantam ombak besar lautan hindia yang tidak menyisakan puing puingnya.
Mesjid penggantinya sekarang berada 500 meter dari bibir pantai.

Tugu titik nol peradaban islam nusantara di Barus diresmikan oleh Joko Widodo pada 24 Maret 2017.Tugu ini lebih menampilkan peradaban nusantara dari peradaban islam?

Ada tiga organisasi besar di Indonesia,Nahdlatul Ulama,Muhammadyah dan Jamiatul Alwasliyah berdiri dan berkembang di Barus.

Baca juga:

Keberadaan dan sikap tentang keislamannya tidak ada permasalahan atau menjadi pertentangan dikalangan ummat islam dalam kehidupan sosial keagamaan. Selalu akur dalam setiap menjalankan ibadah walau sedang berbeda awal puasa dan berbeda hari lebaran.

Ketiga organisasi Islam ini menyebar di beberapa desa.Nahdlatul ulama berkembang di desa pasar terandam dan desa Aek Dakka.

Muhammadyah besar di kelurahan Pasar Batu Grigis, desa Kampung Mudik. Alwasliyah eksis di desa Jampung Solok dan Bukit Patupangan.

Dan untuk beberapa desa lainnya, seperti Bunga Tanjung,Kinali,Ujung Batu, Kedai Gedang, Sigambogambo penyebarannya merata.

Ketiga organisasi islam ini memiliki perguruan masing masing dari tingkat madrasah ibtidaiyah/sekolah dasar, madrasah tsanawiyah/SMP, tapi belum memiliki sekolah lanjutan tingkat atas.Perguruan NU berada di kelurahan Padang Masiang, perguruan Muhamdiyah di kelurahan Pasar Batu Gerigis dan perguruan AlWasliyah di desa Kampung Solok.

Masing masing organisasi Islam di Barus memiliki ranting di banyak desa dan memiliki perguruan juga.

Memiliki masjid di setiap ranting dan dikelola oleh Badan Kenaziran Mesjid dari organisasi itu sendiri.

Rata-rata mesjid yang ada di Barus masih berusia 100 tahun. Ada beberapa masjid tua, tapi sudah dirobohkan diganti dengan bangunan masjid baru.

Dari perguruan Islam yang ada di Barus dan keberadaan masjid yang merata di setiap desa dan ranting organisasi di Barus, sangat diharapkan bisa melahirkan tokoh agama Islam dan ulama yang bisa mengajarkan, melaksanakan ibadah dalam keseharian, kehidupan sosial di Barus.

Meramaikan mesjid,melaksanakan pengajian atau persurahan, semuanya terlaksana sebagai rutinitas–bernilai ibadah, mengalir saja dalam diri dan sendi kehidupan masyarakat Barus yang Islami.(Penulis tinggal di Barus)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *