
Sains, PRI.Com -Di hamparan alam semesta yang jauh dan tua, para astronom menyaksikan sebuah fenomena kosmis yang mengagumkan sekaligus dramatis: tabrakan hebat antara dua galaksi yang terjadi lebih dari 11 miliar tahun cahaya dari Bumi.
Dengan bantuan teleskop canggih milik European Southern Observatory (ESO), yakni Very Large Telescope (VLT) dan Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA), para ilmuwan berhasil mengintip masa lalu semesta dan menemukan kisah dahsyat yang dijuluki “jousting cosmic”—pertarungan galaksi bak turnamen kesatria abad pertengahan.
“Di kedalaman alam semesta yang jauh, dua galaksi terkunci dalam perang yang menegangkan,” ungkap Dr. Pasquier Noterdaeme dari Institut d’Astrophysique de Paris. Kedua galaksi ini saling mendekat dengan kecepatan mencapai 500 kilometer per detik. Namun, bukannya bertabrakan secara frontal, mereka saling bersentuhan ringan, mundur, lalu kembali mengatur posisi untuk putaran berikutnya.
Sebuah tarian kekerasan kosmis yang terus berulang. Namun, pertempuran ini tidak adil. Salah satu galaksi memiliki senjata rahasia: sebuah quasar—inti galaksi superterang yang ditenagai oleh lubang hitam supermasif. Quasar ini memancarkan radiasi yang sangat kuat, seperti tombak energi yang menghujani galaksi lawannya, mengubah struktur gas di dalamnya dan menghambat proses pembentukan bintang baru.
Efek Radiasi: Melumpuhkan Galaksi Lawan
Quasar yang diberi nama J012555.11-012925.00 ini memancarkan energi yang luar biasa besar. Radiasi tersebut merusak awan gas dan debu di galaksi tetangganya, menyisakan hanya bagian-bagian paling kecil dan padat.
“Untuk pertama kalinya, kita melihat secara langsung efek radiasi quasar terhadap struktur internal gas dalam galaksi yang terlihat biasa,” jelas Dr. Sergei Balashev dari Ioffe Institute. Sayangnya, bagian yang tersisa tersebut kemungkinan terlalu kecil untuk menjadi tempat lahirnya bintang-bintang baru.
Artinya, galaksi ini kehilangan banyak tempat penciptaan bintang, sebuah transformasi besar yang menandai kemunduran aktivitas pembentukan bintang secara drastis.
Namun, kisah ini tak hanya soal kehancuran. Menurut Dr. Balashev, peristiwa tabrakan ini juga menjadi momen penting bagi galaksi yang memiliki quasar.
Tabrakan antar galaksi membawa banyak gas ke pusat galaksi, ke arah lubang hitam raksasa yang menjadi sumber energi quasar. “Saat lubang hitam ini mendapat suplai bahan bakar baru, quasar dapat terus melanjutkan serangan destruktifnya,” tambahnya.

Fenomena seperti ini memang lebih sering terjadi di awal sejarah semesta, ketika quasar dan tabrakan galaksi masih lumrah. Oleh karena itu, untuk mengamatinya, para astronom harus menatap jauh ke masa lalu, ke arah cahaya yang memerlukan miliaran tahun untuk mencapai Bumi. Cahaya dari peristiwa ini telah menempuh waktu lebih dari 11 miliar tahun, menunjukkan kondisi semesta saat usianya baru 18 persen dari sekarang.
Penemuan Penting untuk Ilmu Kosmologi
Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal bergengsi Nature, dan menjadi salah satu tonggak penting dalam studi evolusi galaksi dan interaksi mereka. Dengan menggabungkan pengamatan dari dua instrumen terkuat di dunia, para ilmuwan berhasil membuka tabir tentang bagaimana galaksi saling memengaruhi, dan bagaimana lubang hitam supermasif bisa memegang peran besar dalam menghentikan kelahiran bintang.
Pertarungan galaksi ini, meskipun terjadi miliaran tahun lalu, tetap meninggalkan jejak penting bagi pemahaman kita tentang bagaimana semesta berkembang. Sebuah kisah nyata dari langit yang penuh pertarungan, transformasi, dan keajaiban. (hps/sumber: kompas.com)