
Takbir berkumandang dari masjid. “Allahu akbar…Allahu akbar ..Allahu akbar walillahil hamd!”. Bergetar hati mendengarnya,telah tuntas menunaikan ibadah puasa. Kini memasuki bulan syawal. Walau sebelumnya rasa was was muncul , apakah 1 syawal ormas keagamaan maupun Pemerintah sepakat tentykan tanggalnya. Akhirnya pemerintah, melalui Nasaruddin Umar menetapkan 1 Syawal 1446 H jatuh pada 31 Maret 2025. Alhamdulillahi Robbil Alamin!
Persiapan takbir sudah dimulai. Kendaraan truck dan pribadi sudah berkumpul di masjid untuk berangkat takbir keliling. Dulu takbir keliling ini dilakukan dengan membawa obor dan lampu petromak, berkeliling bersama dari masjid sampai kedua ujung desa.
Gema takbir terdengar membahana di suasana desa yang sepi. Lafaz demi lafaz dari takbir dilantunkan oleh ummat islam dengan benar dan fasih lembut mengisi ruang hati.
Sekarang alunan takbir berpacu dengan riuhnya kendaraan, mobil dan sepeda motor. Suara yang keluar dari knalpot bolong sepeda motor menelan suara takbir dari tape recorder yang dibawa oleh kenderaan truck.
Sepanjang jalan anak anak menunggu lewatnya pawai takbir mereka kagum melihat jenis jenis kenderaan yang cantik, kenderaan para perantau yang sudah berada di kampung halaman. Entah itu mobil rental atau mobil dinas kantor, tentulah mereka tidak perduli. Asa untuk memiliki terpancar dari wajah lugu mereka. Lalu anak anak berdebat tentang jumlah kendaraan yang ikut takbir. Masing masing merasa benar dengan hitungannya sendiri.
Sebuah kebiasaan, takut menyebutnya tradisi. Pagi 1 syawal setelah sholat subuh, Ummat Islam kembali disibukkan dengan berkunjung ke rumah orangtua, mertua dan yang dituakan. Bersimpuh di depan orangtua untuk memohon maaf atas kesalahan dan kekhilapan selama ini.
Dengan mendapat maaf dari orangtua, terasa ibadah puasa Ramadhan lebih sempurna. Mendapat ridho dari ibu bapak/orangtua dan ampunan dari Allahu subhana wataala.
Setelah matahari menampakkan diri, persiapan menuju masjid dan lapangan untuk melaksanakan sholat Idul Fitri. Sebahagian ummat Islam lebih dulu mengantarkan sajadahnya ke masjid dan kel apangan agar mendapatkan shaf depan. Ini membuat orang orang yang lebih dulu sampai ke mesjid, merasa kecewa, tidak mendapatkan shaf depan. Ada kafling tempat, ada shaf “VIP”.
Idul Fitri dirayakan pada 1 Syawal dengan Shalat Idul Fitri. Shalat ini merupakan sholat sunnah dua rakaat, di tengah merayakan hari raya. Ini lambang kesuksesan umat Islam dan momentum silaturrahmi untuk saling memaafkan.
“Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir bathin!.”, begitu kalimat diucapkan saat bertemu, di rumah rumah, di masjid sebelum dan sesudah sholat bahkan di jalan sekalipun. Jika ada yang tidak sependapat dengan kebiasaan ini, silahkan saja. Inilah Ari Rayo lebaran di sini.
Idul fitri secara harpiah adalah perayaan berbuka puasa, berbuka dimaksud di sini menyelesaikan puasa wajib dengan disunnahkannya sebelum sholat idul fitri, untuk berbuka, makan dan minum. Banyak juga yang mengartikan bahwa idul fitri kembali kepada kesucian, terbebas dari kesalahan, keburukan dan dosa. Aamiin ya Robb!
Ya Idul Fitri. Ya Ari Rayo. Ya Syawalan Ya Halal bi halal. Kita songsong hari kemenangan ini. “Allahu akbar walillahilhamd!“.(***).