BELAWAN PRESTASIREFORMASI.Com–Menyambut 10 hari akhir ramadhan merupakan bagian terpenting yang dianjurkan dalam upaya mendapatkan keberkahan dan kemuliaan malam Lailatul-qadar.
Ibadah yang terkait erat dengan upaya mendapatkan amal ibadah satu malam yang nilainya lebih baik dari 1.000 bulan (atau 83 tahun 4 bulan) ini di antaranya beri’tikaf di masjid pada malam ganjil (21, 23, 25, 27 dan 29). I’tikaf merupakan sebagian babak final penentuan amal ibadah kita.
Lailatul-qadar lebih baik dari seribu bulan, maksudnya: amal ibadah yang dilakukan di malam itu pahalanya lebih besar (lebih baik dari pahala beribadah seribu bulan di luar waktu Lailatul-qadar). Sedangkan Lailatul-qadar hanya ada pada bulan ramadhan.
Al-Hafiz Ibnu Rajab dalam Lathaiful Ma’arif mengatakan, ” Sesungguhnya bulan ramadhan telah bertekad untuk pergi meninggalkan kita. Tidak tersisa waktunya, terkecuali sedikit.
Maka siapa yang telah melakukan kebaikan dari awal, hendaklah ia sempurnakan. Siapa yang telah menyia-nyiakan awal dan pertengahan ramadhan, hendaklah ia tutup dengan baik, karena yang menjadi penentu adalah akhirnya.
Al-Ustad H.Ishaq Naharuddin, LC dalam tausiyahnya pada kuliah shubuh di Masjid Jami’ Belawan, Selasa 20 ramadhan 1444 H menyebutkan, Lailatul’qadar hurufnya 9 (sembilan). Sembilan jika diulang 3 kali sama dengan 27. Maka menurut sebagian ulama–kata Ustad Ishaq Naharuddin, carilah Lailatul-qadar di malam ke-27.
Orang yang Tidak Akan Mendapat Lailatul-qadar
Disebutkan, Ada beberapa golongan manusia yang tidak akan mendapatkan Lailatul-qadar, di antaranya: 1. Orang melakukan perbuatan syirik, yakni memperserikatkan Allah, meminta kepada dukun). 2. Peminum arak (khamar) , dan narkoba 3. Anak durhaka,dan 4. Orang memutus hubungan silaturrahim. (masri tanjung).
