Ketua Majelis Syuro Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Provinsi Sumatera Utara, Prof. Dr. Fachruddin Azmi, MA

Medan, PRESTASIREFORMASI.Com  – Ketua Majelis Syuro Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Provinsi Sumatera Utara, Prof. Dr. Fachruddin Azmi, MA di depan para Kandidat Doktor Pendidikan Islam memaknai peringatan Hari Kesaktian Pancasila, Sabtu (1 Oktober 2022).

Prof. Azmi menyatakan DDII telah meletakkan 5 Pilar misinya:

  • Pertama, Mengawal Aqidah.
  • Kedua, Mengukuhkan Syariah.
  • Ketiga, Merajut Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Wathaniyyah, dan Ukhuwah Basyariyah.
  • Keempat, Menjaga Keutuhan NKRI.
  • Dan kelima, Membina dan meneguhkan perdamaian yang adil dan beradab.

Sungguh dengan 5 misi ini jika dapat terwujud akan secara otomatis nilai Pancasila akan dapat terimplementasikan dan semakin kokoh dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

“Karena sesungguhnya sumber nilai yang paling fundamental dari Pancasila adalah nilai-nilai universal ajaran agama Islam, Pancasila adalah objektivikasi nilai-nilai agama,” ujarnya.

Dia mengungkapkan, seorang muslim yang baik pastilah seorang pancasilais. Pancasila merupakan falsafah negara Indonesia akan kehilangan agregasinya bila tidak terus menerus dilakukan empowering (memberdayakan) dengan nilai-nilai yang menjadi fundamental norma Pancasila itu.

“Menjadi asosial dan akultural bila diisi atau diperkuat dengan nilai di luarnya yang tidak matching apalagi berseberangan dan memutus mata rantai dengan menyatakan sumber itu musuh pancasila, lanjut Prof. Azmi.

Dia menambahkan, sangat perlu diwaspadai jika ada tendensi atau upaya ke arah itu bukan saja ahistoris yang paling berbahaya akan merusak tatanan kehidupan dan keutuhan bangsa dan meruntuhkan sendi-sendi ketahanan nasional.

“DDII sangat menyadari bahaya latent justru itu setiap warga negara dan semua pihak harus terus berjuang menjalankan dan mendukung misi DDII yang diimplementasikan dengan berbagai program dakwah yang di prioritaskan untuk tahun 2022/2023,” pungkasnya .

Pada acara yang lain pada pagi 1 oktober 2022 pukul 10.35, Prof Dr Fachruddin Azmi, MA selaku guru besar UINSU dan Ketua Umum Dewan Syuro DDII Sumut di depan kandidat Doktor Manajemen Pendidikan menyatakan filsafat manajemen yang berdasar pada materialisme atau pandangan behavioristik tidak dapat menumbuhkan kajian manajemen pendidikan yang ideal terutama memasuki era distrupsi 4.0.

“Masa depan memerlukan manajer pendidikan yang memiliki soft skill yang didukung nilai dan keyakinan, indepent thinking, team work, care other (Jack Ma) terkait dengan kompetensi dasar manajer,” ungkapnya.

Hasil survei Ceo di Cina, Uk, Usa, dan India, sebutnya, menyatakan di tahun 2030 menunjukkan bahwa keterampilan yang membedakan manusia dengan mesin adalah keterampilan problem solving, adaptability, collaboration, leadership, creativy, and innovation.

Ia mengatakan, hasil survey PWC dari sumber empiris menunjukkan Manajer dan SDM perlu memiliki filsafat manajemen yang tepat dan kuat.

“Kita bangsa ini sesungguhnya memiliki kekayaan filosofis yang cukup yaitu Pancasila. Sebagai filsafat negara tertentu harus dielaborasikan menjadi paradigma para manager era distrupsi,” ujarnya..

Namun harus disadari, katanya, agregasi falsafah Pancasila selain harus didalami nilai fundamentalnya yang tidak lain adalah nilai universal agama Islam, menafsir dan memahami atau mengimplementasikan nilai pancasila menggunakan nilai lain yang tidak sesuai tidak matching atau berseberangan akan menimbulkan distorsi dan kehilangan makna dan kontra produktif terhadap tantangan era distrupsi itu sendiri.

“Mungkin ini yang menjadi sebab tidak efektif nya pembangunan SDM Indonesia selama ini,” pungkas guru besar itu,” ungkap profesor ini.

Selanjutnya di depan kandidat Doktor pendidikan Islam pada kajian tentang konsep kurikulum merdeka, sorenya pukul 18.00 menaggapi pertanyaan tentang kejadian di stadion Kanjuruhan malang Guru Besar itu menyatakan peristiwa itu adalah duka cita nasional terjadi pada saat kita memperingati Hari Kesaktian Pancasila.

” Ini adalah signal yang sangat kuat menyatakan nilai nilai luhur sudah tercabut dari anak bangsa perlu instrospeksi menyeluruh,” tegas Fachruddin Azmi. (h. Abdul Aziz)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *