
BARUS,PRESTASIREFORMASI.COM – Masyarkat pesisir yang berdomisili di bibir pantai Barat sumatera tepatnya di Kecamatan Barus Kabupaten Tapanuli Tengah menggelar suatu tradisi budaya lokal yang terjaga dari generasi ke generasi yaitu “Tulak Bala”.
Untuk tahun 2022 ini tradisi Tulak Bala dilaksanakan pada hari Rabu 21 September 2022 bertepatan dengan 24 bulan Syafar 1443 Hijriyah atau Minggu ketiga dari bulan Syafar di Kualo desa Pasar Terandam Kec Barus.
Syafran Jamil Marbun tokoh masyarakat desa Pasar Terandam kepada Prestasireformasi. Com Rabu sore 21/9-2022 mengatakan, acara tulak bala merupakan salah satu kearifan lokal yang sudah berlangsung secara turun temurun yang digelar setiap tahun pada minggu ketiga bulan Safar.
“Kegiatan ini merupakan bentuk perwujudan rasa syukur kita kehadirat Allah swt dengan bermunajat kehadiratNya serta memohon agar negeri kita dijauhkan dari segala jenis bala atau cobaan.” sebut Syafran.
Menurutnya , prosesi acara tolak bala yang bernuansa religi ini, diawali dengan mengumandangkan suara azan oleh mu’azzin kemudian dilanjutkan dengan do’a takhtim dan Tahlil lalu ditutup dengan do’a yang dipimpin oleh seorang ustadz, setelah itu makan bersama dengan duduk bersila diatas tikar yan sudah dibentangkan.
Terpisah Dr. Abdussima,MA tokoh masyarakat kecamatan Barus menambahkan, Pelaksanaan ” Tulak Bala ” ini di gelar hampir setiap desa yang bermukim disepanjang pesisir pantai mulai dari Pasar Terandam, Kelurahan Pasar Batu Gerigis , Kedai Gedang dan Bukit Patupangan.
Eksis dan dilestarikannya “Tulak Bala” ini menurut Abdussima adalah sebagai perwujudan dan bentuk rasa syukur kepada Allah Swt yang telah memberikan keberkahan dan keselamatan serta menjauhkan dari segala bentuk marabahaya khususnya yang datang dari laut tujuannya juga sangat positif bagi keberlangsungan sosial, agama, ukhuwwah islamiyah, serta kebersamaan dalam menjalani hidup dan kehidupan.
” Betapa tidak, kegiatan ini syarat dengan nilai-nilai positif dari seluruh rangkaian kegiatannya yang dimulai dari azan, membaca yasin, takhtim, tahlil, do’a dan dilanjutkan dengan makan bersama yang telah disediakan oleh kaum ibu dengan penuh suka cita dan keikhlasan. Diakhir kegiatan ditutup kembali dengan azan.” kata Abdussima.
“Tulak Bala” tergambar betapa terjalinnya kebersamaan dan saling gotong royong demi terlaksananya kesuksesan kegiatan secara eksplisit, tujuan dari tradisi kearifan lokal “Tulak Bala” ini sbb: (1) rutinitas yang bernilai ibadah jam’iyah (kebersamaan), (2) Lambang kesyukuran masyarakat atas nikmat yang diberikan Sang Ilahi dari hasil laut, (3) Pengharapan dan do’a kepada Sang Khalik Yang Maha Pengasih dan Penyayang agar terhindar dari marabahaya dan segala kemudharatan yang melanda manusia dan alam. “Tulak Bala” bukanlah sekedar seremonial belaka, namun mengandung unsur filosofis yang syarat untuk dikaji dari dimensi sosial kemasyarakatan, akhlak,etika, dan ibadah,ujar Abdussima mengakhiri.(Zurlang)