Rocky Gerung: “Presiden Bisa Dijatuhkan…!”
Singapura, PRESTASIREFORMASI.Com– Associate Profesor Nanyang Technological University (NTU) Singapura, Prof. Sulfikar Amir ledek Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait ritual Kendi Nusantara yang akan dilakukan di titik nol Ibu Kota Negara (IKN) baru di Kalimantan Timur.
Ritual Kendi Nusantara itu rencananya akan dilakukan Jokowi bersama 33 gubernur se-Indonesia pada Senin, 14 Maret 2022.
Dalam ritual tersebut, Jokowi menginstruksikan para gubernur membawa 1 liter air dan 2 kilogram tanah dari provisi masing-masing.
Menanggapi hal ini, Sulfikar Amir berikan sindiran kepada Jokowi.
Dalam cuitan akun Twitter pribadinya pada Minggu, 13 Maret 2022 kemarin, Sulfikar Amir menyebut ritual yang dilakukan Jokowi sebagai metafisik.
“Janjinya metaverse, jadinya metafisik,” kata Sulfikar Amir melalui akun Twitter @sociotalker.
Sementara itu, Pengamat politik Rocky Gerung melihat ritual yang dilakukan orang nomor satu di Indonesia itu sebagai hal yang normal dilakukan berdasarkan antropologi bangsa.
“Tapi oke, itu semacam pertanda biasa saja. Dalam antropologi bangsa ini, selalu ada hal-hal yang sifatnya mistis. Mistis dalam pengertian tidak bisa dicerna oleh akal, tapi mungkin energinya begitu,” kata Rocky Gerung, dikutip SeputarTangsel.Com dari kanal YouTube Rocky Gerung Official pada Senin, 14 Maret 2022.
Menurut Rocky Gerung, apa yang dilakukan Jokowi itu memberikan kesan ada perubahan terhadap perencanaan proyek IKN Nusantara.
Rocky Gerung menilai air dan tanah yang dibawa 33 gubernur se-Indonesia merupakan simbol bahwa manusia berasal dari tanah.
Namun menurut Rocky Gerung hal tersebut justru bisa disalah tafsirkan oleh publik.
“Tapi nanti orang tafsirkan, jangan-jangan sebetulnya yang disebut air itu pengganti minyak goreng dan tanah adalah simbol dari lahan sawit. Kan bisa gitu orang tafsirkan,” ujarnya.
“Semua tafsir bisa terjadi justru karena kita nggak nangkap apa sebetulnya maknanya,” tambahnya.
Mantan Dosen Filsafat Universitas itu mengatakan, ritual yang dilakukan Jokowi di IKN Nusantara adalah bagian dari budaya Jawa.
Karenanya ia menuturkan, seharusnya Jokowi tidak hanya membawa simbol dari satu etnis saja karena dikhawatirkan akan menimbulkan dampak buruk.
“Jawanisasi bagus saja kalau itu dimaksudkan untuk menghasilkan pengertian-pengertian sublim tentang kehidupan. Tapi ini ibukota, ini proyek nasional, namanya Nusantara, tapi ngapain pakai simbol-simbol dari satu etnis saja? Itu juga bahayanya tuh,” ucapnya.
Lebih lanjut, Rocky menilai bahwa membawa hal-hal mistis di IKN Nusantara salah tempat. Pasalnya, proyek tersebut erat kaitannya dengan teknologi dan APBN.
Selain itu, menurutnya Presiden sebagai simbol politik jangan mencampuri simbol-simbol kultural.
“Dia salah tempat. Karena mitisisme itu mestinya ada seorang petinggi adat yang kemudian datang ke situ, mengundang. Ini bukan Presiden, Presiden itu orang yang bisa dijatuhkan setiap saat. Kalau petinggi adat kan dihormati karena wibawanya. Kalau presiden, kalau legitimasinya turun, seluruh ritual itu juga nggak ada gunanya kan,” tuturnya.
Pendiri Setara Institute itu melihat, ritual yang dilakukan Jokowi justru menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan Presiden rendah.
“Sekarang Presiden Jokowi tingkat kepercayaannya rendah sekali. Ngapain mesti di-build out dengan ritual semacam itu? Itu juga ajaib. Bagaimana pun, beliau adalah seorang tokoh politik, maka sinyal politik mendahului sinyal local wisdom dari bumi Kalimantan,” tegasnya. (h/sumber: SeputarTangsel.Com)