Belawan, PRESTASIREFORMASI.Com – “Kenangan manis mesti berlalu”. Begitu penggalan bait tembang kenangan spesial legendaris Erni Djohan setengah abad lampau.
Meski berlalu, terkadang butiran nostalgia yang pernah kita lalui itu melintas di ruang mata dan terngiang serasa diri kita tengah pada waktu dan tempat kenangan manis itu tergurat.
Akrab, tulus dan bersahaja. Itulah kesan tentang seorang Laksamana Pertama TNI Didik Wahyudi, S.E, mantan Komandan Lantamal I. Setahun tujuh bulan (Oktober 2012- Mei 2014) beliau mendapat kepercayaan bertugas di Belawan.
Keakraban dan kesahajaan itulah yang kami merasa begitu berat melepas beliau, sekalipun keberangkatannya justru untuk sesuatu yang seharusnya kami bahagia, karena beliau mendapat promosi sebagai Wakil Asops Kasal di Mabesal.
Ya, petang itu, Jum’at tanggal 16 Mei 2014, matahari yang biasanya garang bersinar di langit Mako Lantamal I seperti ikut bermuram durja.
Laksma TNI Didik Wahyudi didampingi Wadan Lantamal I Kolonel Marinir Kasirun Situmorang lebih dua jam lamanya berkumpul bersama kami, menikmati “saat-saat terakhir” bersama keluarga besar Majalah Laur Biru.
Meskipun suasana pertemuan penuh dengan sukacita dan gelak tawa, namun atmosfir kesedihan yang membias di antara kami semua, memang tak dapat tersembunyikan.
Di bawah sungkupan awan hitam nan berarak manja, bersama Komandan dan Wadan kami melakukan “inspeksi” ke beberapa KRI yang ditambat di lambung ponton dermaga Mako Lantamal I. Kami bersenda gurau, berfoto bersama, lalu berkumpul di ruang VIP makan nasi bungkus bersama.
Tatkala kami berfoto di depan Mako, gelak tawa dan haru biru membuncah bersamaan, karena tiba-tiba wartawan Majalah Lantamal I Laut Biru, Baginda Masri Tanjung (penulis) bersajak danberpantun panjang lebar, uang intinya tentang sosok Laksma TNI Didik Wahyudi serta do’a dan harapan untuk beliau. Tak mau kalah. Sang Komandan pun sontak membalas pantun.
“Ikan todak ikan tenggiri… Burung kenari di balik awan… Saya tidak datang ke mari… Saya kemari mencari kawan”, balas Laksamana Pertama hobbi pantun dan tukang ketawa itu.
Keakraban seperti itu jualah yang kami nikmati bersama beliau, saat kami, keluarga besar Laut Biru diundang “cangkrukan” alias makan siang bersama di Warung Mustika Pesisir TPI Bagan Deli, medio Mei 2014.
Danlantamal I bahkan memadang spanduk “Cangkruk Bareng Pendekar Laut Biru” untuk memeriahkan suasana. Ya, sungguh pengalaman yang tidak bisa dilupakan bersama Sang Komandan.
Setahun tujuh bulan terasa begitu singkat. Namun kebersamaan bersama seorang Laksamana yang rendah hatiakan terkenang selamanya di qalbu seluruh keluarga besar Laut Biru. Apalagi majalah ini memang lahir di bawah tangan dingin beliau.
Selamat jalan Pak Didik. Semua kenangan manis bersama Bapak sungguh sulit untuk dituang dalam tulisan singkat seperti ini.
Kami do’akan, dan kami sungguh percaya, di tempat yang baru karier Bapak akan bersinar lebih terang n bahkan menjadi mercu suar, karena itulah panggilan hidup orang pelaut sejati ! (masri tanjung).