Remaja 14 Tahun Menangis Usai Diperkosa dan Dilecehkan 7 Seniornya di Ruang Ganti, Para Pelaku Tak Mendapatkan Sanksi dan Diperbolehkan Ikut Ujian Akhir

Malaysia, PRi.Com – Lingkungan pendidikan tak menjamin keamanan anak gadis di bawah umur dari tindak kejahatan seksual, seperti nasib malang yang dialami seorang gadis remaja berusia 14 tahun di Tawau, Malaysia.

Kejadian tersebut terjadi pada Jumat (15/11/2019), dan gadis tersebut ditemukan menangis sekitar pukul 11.00 pagi waktu setempat.

Gadis yang tak diketahui namanya tersebut baru saja mengalami pelecehan seksual yang dilakukan 7 orang kakak kelas seniornya. Parahnya, dua orang di antaranya tega memperkosanya.

Melansir dari laman The Star, kejadian tersebut terbongkar usai salah seorang guru menemukan muridnya itu menangis dengan kondisi yang berantakan.

Ia pun mengaku jika dirinya telah diperkosa dua anak laki-laki yang merupakan kakak kelasnya.

Tak cuma diperkosa, empat orang lainnya juga memaksanya melakukan hal tidak senonoh dan melecehkannya.

Sementara satu orang lagi hanya menyaksikan dan berdiri saat melihat teman-temannya melakukan pelecehan kepada korban di ruang ganti.

Usai menemukan muridnya tersebut, sang guru langsung menghubungi ibu korban.

Setelahnya, sang ibu yang tak terima langsung melaporkan kejadian yang menimpa anaknya itu ke kantor polisi pada sore harinya.

Kakak kelasnya yang semuanya berusia 17 tahun, langsung ditangkap pada hari itu juga usai polisi mendapatkan laporan tentang kasus pemerkosaan yang menimpa korban.

Pihak kepolisian setempat, Peter Umbuas membenarkan kasus tersebut dan sudah menahan sementara semua tersangka selama 3 hari.

Sementara korban langsung dilarikan ke rumah sakit untuk menjalani visum dan perawatan.

Berdasarkan laporan, kasus tersebut juga telah diselesaikan, dan polisi tidak akan memperpanjang penahanan sementara semua tersangka.

Mereka bahkan diizinkan untuk mengikuti ujian dengan jaminan dari polisi.

“Mereka akan diizinkan jaminan polisi untuk memungkinkan mereka mengikuti ujian SPM yang berakhir pada 28 November,” kata kepala kepolisian distrik Tawau, Asisten Komisaris Peter Umbuas dikutip dari The Star.

Usai kasus tersebut terungkap ke media, beberapa orang sempat mengecam tindakan membiarkan para tersangka yang dizinkan mengikuti ujian.

Namun, pihak kepolisian juga menuturkan jika pihaknya sedang mengumpulkan bukti untuk melanjutkan kasus pemerkosaan tersebut ke pengadilan. (h/ts)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *