Medan, PRESTASIREFORMASI.Com – Jika Restoran atau Mesjid Terapung sering kita dengar, ini di kawasan Kecamatan Medan Labuhan Kelurahan Besar, Lingkungan 20 Kota Medan (Blok 8), ada perumahan (Perumnas) Griya Martubung 1 terapung.

Dua hari hujan lebat yang mengguyur Kota Medan sekitarnya, sejak Kamis hingga Jumat (29-30 September 2022), dampaknya dirasakan langsung warga yang bermukim di Griya Martubung khususnya yang bermukim di Blok VIII (lingkungan 20).

Ketinggian air mencapai 50 hingga 75 cm di seputar lingkungan yang dibangun PT Perumnas tersebut. Jika hujan lebat pasti tergenang dan warga akan merasakan dampaknya selama berhari-hari-hari. Tergantung situasi pasang-surut di Laut, karena Perumnas Martubung ini hanya sekitar 10 km dari Laut Belawan.

Seperti banjir kali ini, hujan yang turun hari Kamis (29/9/2022) namun hingga hari Sabtu (1/10/2022) air masih tergenang mencapai 60 -75 cm. akibatnya sekitar 500 warga bermukim di Blok VIII Perumnas Martubung sangat terganggung aktivitas untuk bekerja, sekolah dan kegiatan sosial lainnya.

Bahkan sepeda motor harus dimatikan mesin dan menuntunnya sepanjang 200 meter, untuk melewati genangan air banjir dan mencari tempat yang tinggi untuk menstarter roda doanya.

Kondisi banjir di Blok VIII Perumnas Martubung kali ini diperparah pembangunan Danau Laguna Martubung berbiaya Rp 20 Milyar untuk resapan air yang digagas Walikota Medan Bobby Afif Nasution. Sebab, akibat penanaman beton sekeliling kolam, sehingga pihak kontraktor menimbun jalan alat berat yang menutup pintu air keluar dari danau Laguna.

“Lihat, air lenang tidak mengalir dari kawasan Blok VIII Perumnas Martubung karena debit air di danau sudah penuh setelah pintu air ditutup ihak kontraktor,” ungkap Latif warga Jalan Jala Permai 9, Blok VIII Griya martubung 1, kepada prestasireformasi.com.

Menurut Kepala Lingkungan 20, Rahmad Efri Jaya, mengenai pihak kontraktor pembangun danau laguna sudah dilaporkan kepada pihak keluraha yang merespon dan berjanji untuk menindaklanjutinya.

“Saya sudah laporkan sejak kemaren pak, agar pintu air itu segera dipulihkan sehingga air mengalir dari danau ke paret besar. Apalagi melihat mendung dan ini sudah musim hujan. Ternyat sampai Sabtu pukul 09.00 WIB belum juga pintu air yang ditimbun itu dibuka,” ungkap Rahmad.

Dia menyebut dampak langsung yang dirasakan 205 KK warga lingkungan 20, sudah tiga hari sebagian besar rumah tergenang banjir.

“Hari ini di Mesjid Al Faisal sudah dibuka dapur umum yang sumber dananya dari sejumlah donatur dan warga,” lanjut Rahmad yang baru 3 bulan diangkat menjadi Kepling Lingkungan 20.

Banjir yang sering dirasakan warga Blok VIII Perumnas 1 Martubung ini, berdasarkan informasi yang diperoleh prestasireformasi.com, sudah sejak 7 tahun terakhir ini bertambah parah akibat sejumlah faktor:

  • 1. Terjadinya pendangkalan di paret yang membelah blok VIII, yang sudah lama diusulkan agar dikorek minimal semeter lagi agar debitrr air dapat tertampung
  • 2. Danau Laguna yang sempat menjadi hutan eceng gondok, dan akhirnya sudah digali untuk dibangun danau resapan air, namun juga terjadi endapan lumpur dari sisa akar eceng gondong yang belum dikeruk
  • 3. Pembangunan kawasan pergudangan yang dibangun di sepanjang jalan pancing 1, sehingga yang dulunya kawasan resapan air menjadi hilang, memperparah terjadinya banjir di blok VIII karena air mengalir ke sini.

salah seorang warga Blok VIII Perumnas 1 Martubung, setengah bercanda, “Biar sajalah banjir ini lama-lama jika Pemerintah Kota Medan kurang sigap bekerja, hitung-hitung jadi Perumnas Terapung di kawasan Medan Utara. mana tahu bisa mendatangkan turis,” ungkapnya sambil terkekeh. (HPS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *