Tarutung,PRESTASIREFORMASI.Com-Tidak dapat dipungkiri, selama ini upaya petani meningkatkan hasil gabah hanya fokus penggunaan pupuk buatan (kimia) walaupun membelinya mahal di pasaran karena pupuk bersubsidi kuotanya terus berkurang setiap tahun,

Bahkan penggunaan ini dalam jumlah yang cenderung meningkat dari musim ke musim, selain itu para petani terkesan jarang sekali memperhatikan kondisi tanah tempat tanaman tumbuh yang cenderung dari waktu ke waktu makin rusak.

Untuk itu, petani yang menggunakan pupuk buatan sudah harus mengimbangi dengan penambahan bahan organik lain seperti jerami (durame) misalnya. Kenapa demikian, sebab cukup lumayan banyak terbuang jerami ini saat panen seperti sekarang, padahal kalau dikelola dengan benar justru akan memperbaiki struktur tanah, yang pasti akan memaksimalkan peningkatan hasil panen gabah, juga tanaman lain secara berkesinambungan bila dimanfaatkan dengan baik.

Untuk diketahui, luas lahan sawah di Taput sesuai data diperoleh oneline ini berkisar 26.777 hektare, artinya daerah ini punya jerami 133.885 ton setiap musim panen.

Kepala Dinas Pertanian Peternakan Kabupaten Tapanuli Utara (Taput) Ir.SEY.Pasaribu belum lama ini mengurai, kompos yang terbuat dari jerami padi berperan di dalam meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kemampuan tanah mengikat air, meningkatkan pori-pori tanah, dan memperbaiki media perkembangan mikroba tanah lainnya.

Menurutnya, keunggulan tersebut berpengaruh besar terhadap perkembangan akar yang berperan sangat penting dalam mendukung pertumbuhan tanaman secara utuh. Tanah berkadar bahan organik rendah berarti kemampuan tanah mendukung produktivitas tanaman juga rendah.

Dikatakan, selain keuntungan diatas, petani juga bisa mengurangi komposisi penggunaan pupuk buatan karena hasil dekomposisi jerami mengandung hara yang lengkap baik berupa hara makro maupun mikro, karena hasil jerami setiap hektare didaerah ini berkisar 5 ton.

” Dekomposisi Jerami secara umum mengandung hara N,P,K masing-masing sebesar N 0,4 %, P 0,2% dan K 0,7%, sementara itu kandungan Si dan C cukup tinggi yaitu 7,9 % dan 40% ,” kata SEY Pasaribu merinci.

Untuk diketahui katanya, pembakaran jerami di lahan persawahan setiap panen akan dapat mengurangi kandungan bahan organik tanah, bahkan timbulkan polusi udara dan CO2 yang kurang baik pada kesehatan juga lingkungan, kata SEY.Pasaribu mengharap agar warga petani Taput hindari pembakaran Jerami yang dapat menghasilkan pupuk kompos ratusan ribu ton jumlahnya ini. (Jas)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *