
Catatan ringan Nahar Frusta.
Setelah aksi demontrasi, hampir diseluruh daerah, yang berujung adanya korban meninggal di jakarta dan kota lainnya, adanya pengrusakan dan pembakaran, adanya penjarahan kerumah pribadi. Tentu juga adanya penangkapan, penahanan warga sipil. Apakah itu yang ditangkap adalah perusuh, pendemo?Masih dalam proses tentunya.
Setelah itu, rasa duka yang dalam menimpa keluarga korban. Ucapan turut berduka cita, datang dari banyak orang. Menyesali bahkan mengutuk kejadian yang telah terjadi. Pendapat bertebaran, percakapan Wag, berita berita, bahwa kejadiaan ada dalangnya. Dari luar negeri?, dari dalam negeri. Dari luar istana dan dalam istana?
Selalu ada yang disalahkan. Pihak pendemokah? Pihak keamanankah? Pihak perusuhkah? Yang pasti belum ada kepastian tentang itu. Para organisasi keagamaan berkumpul disatu tempat dengan harapan bisa mendapat jawaban atau bisa menghentikan kejadiaan dan dapat menebar kedamaian ditengah masyarakat.
Untuk kalangan elite kedamaian itu cepat muncul dipermukaan. Dengan berwibawa kejernihan pikiran yang lahir dari hati yang bersih tercermin dari senyuman dan tiap kata lembut untuk persatuan bangsa diucapkan. Sehingga rasa tenang dan percaya terhadap para panutan(tokoh agama, tokoh masyarakat), tentunya kepada pemerintah tetap terjaga.
Tuntutan para pendemo, katakan itu mahasiswa, atau lebih tepatnya warga negara indonesia, sudah tersampaikan. Semoga bisa terujud walau masih dalam perdebatan, lebih enak disebut pengkajian menunggu satu keputusan penting dari pemerintah. Tentunya keputusan ini kebaikan untuk pemerintah sendiri selanjutnya untuk warga negara.
Wakil rakyat di dewan perwakilan rakyat telah menjawab suara rakyat. Yang sebenarnya merekalah yang menyuarakan semua ini. Partai politik juga telah mengambil sikap baik, karena para anggota dewan adalah perpanjangan tangannya. Makanya ada yang langsung di non aktifkan. Partai politik tentunya punya siasat tersendiri dalam menyikapi peristiwa ini. Muaranya adalah pileg dan pilpres berikutnya.
Perombakan atau reorganisasi kabinet telah terlaksana, terlepas suka atau tidak dengan pilihan presiden bahwa ada upaya menyahuti suara rakyat. Terlalu banyak memang yang harus dirombak dan dibenahi, tapi penyelesailannya tak seperti sambaran kilat atau serangan banjir bandang. Resiko paling tipispun tentu menjadi dasar pertimbangan.
Mahasiswa sudah dikampus melaksanakan tugas belajarnya dan berdiskusi tentunya untuk menyikapi keputusan yang diambil oleh pemerintah dan dewan, tentukan langkah langkah selanjutnya, yang lebih baik, lebih sejuk untuk mahasiswa dan rakyat. Belajar dan berdoa untuk kebaikan negeri ini.
Rakyat juga sudah kembali dengan aktivitas kesehariaan. Mencari nafkah halal untuk menghidupi keluarga, tentunya demi pendidikan anak anaknya. Rakyat tidak lagi terbebani oleh keputusan keputusan pemerintah yang menambah beban hidup yang terasa semakin sulit. Biarlah– seharusnya memang wakilnya yang mencari, mencatatkan, mengatasi, permasalahan, kesulitan yang dihadapi rakyat dan segera menuntaskannya bersama pemerintah. Sehingga kesejahteraan rakyat dan keadilan untuk rakyat tercapai. Nian!!(Penulis adalah peminat sosial politik tinggal di Barus).