Aek Sipitu Dai: Kesegaran Air mengalir yang Tak Tertandingi

Aek Sipitu Dai, yang dalam bahasa Batak berarti “air dari tujuh sumber mata air,” adalah sebuah kompleks sumber mata yang terdiri dari tujuh titik air. Aek Sipitu Dai menciptakan pemandangan alam yang luar biasa, yang cocok bagi para pecinta alam dan petualang.

Aek Sipitu Dai Pesona Alam yang Menyegarkan

Saut Limbong, Ketua Bumdes Aek Sipitu Dai

Berada di desa Aek Sipitu Dai kecamatan sianjur mula-mula menawarkan udara segar dan suasana yang tenang. Keindahan alam sekitar air yang sangat menenangkan, dengan suara gemericik air yang jatuh dari pancuran dikelilingi oleh pepohonan hijau yang rimbun. Wisatawan dapat menikmati trekking ringan sambil menikmati pemandangan dan udara segar pegunungan.

Eksplorasi Budaya Batak

Selain keindahan alamnya, Aek Sipitu Dai juga terletak di daerah yang kaya akan budaya Batak. Wisatawan yang mengunjungi tempat ini dapat mempelajari lebih lanjut tentang tradisi Batak, mulai dari rumah adat yang tersebar di sekitar desa, hingga berbagai upacara adat yang masih dilaksanakan hingga kini. Masyarakat setempat yang ramah juga sering menyambut para wisatawan dengan senyuman, memberikan kesempatan untuk berbincang dan mengenal lebih dekat budaya mereka.

Fasilitas dan Aksesibilitas

Aek Sipitu Dai meskipun terletak agak jauh dari keramaian, namun aksesnya cukup mudah dijangkau. Untuk menuju ke lokasi ini, pengunjung dapat menggunakan kendaraan pribadi atau menyewa mobil dari kota Pangururan, yang jaraknya sekitar 25 km dari Aek Sipitu dai.

Perjalanan menuju Aek Sipitu Dai cukup mempesona pihak pengelola dan masyarakat setempat menjaga kebersihan dan keamanan area wisata. Pastikan juga untuk tidak membuang sampah sembarangan agar keindahan alam tetap terjaga.

Menurut pengelola Bundes Aek Sipitu dai

Bumdes Aek Sipitu Dai Berhasil Kelola Wisata dengan Sistem Digital dan Transparan

Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Aek Sipitu Dai di Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir, menunjukkan kesuksesan dalam mengelola objek wisata dengan sistem yang transparan dan modern. Dengan modal awal hanya sebesar Rp15 juta pada tahun 2022, Bumdes ini kini dapat menyetor Pendapatan Asli Daerah (PAD) rata-rata Rp1,2 juta setiap bulan, yang telah mencapai total Rp13 juta untuk tahun 2024.

Bumdes Aek Sipitu Dai, yang awalnya hanya mengelola objek wisata Aek Sipitu Dai, kini berhasil mengelola keuangan dengan sistem digital yang transparan melalui aplikasi QRIS dan transaksi non-tunai. Ini menunjukkan pengelolaan yang efektif dan dapat dipertanggungjawabkan, dengan seluruh transaksi yang tercatat melalui aplikasi Siadapari Pemkab Samosir.

Saut Limbong, Ketua Bumdes Aek Sipitu Dai, mengungkapkan bahwa mereka berhasil mengelola objek wisata ini dengan manajemen yang baik dan disiplin dalam membayar pajak. Bumdes ini juga berkomitmen untuk menjaga kearifan lokal dan merawat kebersihan serta kenyamanan bagi pengunjung.

Objek wisata Aek Sipitu Dai terletak di Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir, yang dikenal dengan keindahan alamnya. Bumdes Aek Sipitu Dai kini mengelola dan mengembangkan tempat wisata tersebut dengan tujuan untuk memberikan manfaat lebih besar bagi masyarakat sekitar.

Pengelolaan wisata Aek Sipitu Dai dimulai sejak tahun 2022, dan sejak saat itu Bumdes telah menunjukkan perkembangan yang positif dengan rutin menyetor PAD setiap bulannya. Pada tahun 2024, mereka berhasil menyetor PAD sebesar Rp13 juta kepada pemerintah Kabupaten Samosir.

Pengelolaan objek wisata Aek Sipitu Dai dilakukan untuk meningkatkan pendapatan desa dan memberdayakan masyarakat setempat. Dengan manajemen yang baik dan transparan, Bumdes berharap dapat memaksimalkan potensi wisata yang ada serta melibatkan masyarakat dalam berbagai program ekonomi, seperti pengelolaan air bersih dan pasar desa.

Ke depan, Bumdes Aek Sipitu Dai berencana untuk mengembangkan beberapa program, antara lain mengambil alih pengelolaan air bersih dari Pamsimas, pengelolaan pasar (Onan), dan pengelolaan parkir sepanjang jalan Tele hingga jembatan kaca. Selain itu, mereka juga berencana untuk menyediakan empat unit becak bermotor untuk mendukung operasional wisata, serta melaksanakan program ritus merendam benih padi yang akan menjadi agenda tahunan untuk melestarikan kearifan lokal.

Saut Limbong menekankan bahwa meskipun Bumdes sudah menunjukkan hasil positif, mereka masih menghadapi tantangan, seperti terbatasnya penyertaan modal dari pemerintah desa. “Kami sudah mengajukan dana tambahan untuk pengembangan, namun harapan kami agar perhatian pemerintah desa lebih besar untuk pengembangan Bumdes ini,” ujar Saut.

Bumdes Aek Sipitu Dai telah berhasil mengelola objek wisata dengan sistem keuangan yang transparan dan teknologi modern. Dengan pengelolaan yang baik, Bumdes ini tidak hanya meningkatkan pendapatan desa tetapi juga melestarikan budaya lokal. Ke depan, Bumdes Aek Sipitu Dai berencana untuk memperluas pengelolaan infrastruktur dan layanan wisata demi kesejahteraan masyarakat desa.

Sebelum dikelola oleh Bumdes, objek wisata Sipitudai sebelumnya berada di bawah naungan Dinas Pariwisata. Namun, menurut Saut, saat itu kondisi tempat wisata kurang terawat dan dipenuhi sampah.

“Sekarang kami lebih mengutamakan kebersihan, keramahan, dan kesopanan dalam menyambut pengunjung. Ini yang menjadi nilai utama dalam pengelolaan wisata oleh Bumdes,” tegasnya.

Selain itu ada program kami, yaitu melakukan ritus merendam benih padi dan nantinya menjadi agenda tahunan. Ini sebagai kearifan lokal yang perlu dilestarikan. Hots

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *