Illustrasi Gerai Pizza Hutdan KFC tutup satu demi satu akibat terdampak Covid-19 dan Aksi Boikot yang mengakibatkan penurunan penjualan menyebabkan kerugian besar. (kolase: hps)

Ekonomi/Bisnis, PRESTASIREFORMASI.Com – Pizza Hut dan Kentucky Fried Chicken (KFC), dua perusahaan milik Yum Brands, perusahaan AS yang menaungi waralaba ternama tersebut, di Indonesia mulai rontok, diduga akibat dampak Covid-19 dan boikot terhadap produk Negeri Paman Sam yang disebut-sebut me-back up Israel meluluhlantakkan Palestina.

PT Sarimelati Kencana Tbk yang menaungi Pizza Hut, dan PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) perusahaan yang menaungi jaringan restoran KFCt di Indonesia dilaporkan sudah menutup puluhan gerainya imbas penurunan penjualan.

Mengutip Laporan keuangan Kuartal III-2024 yang dirilis dalam Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), perusahaan dengan kode emiten PIZZA ini mencatatkan rugi tahun berjalan Rp 96,715 miliar.

Angka kerugian ini melonjak lebih dari dua kali lipatnya di bandingkan periode yang sama pada 2023, di mana PIZZA mencatat rugi tahun berjalan sebesar Rp 45,401 miliar. Kerugian disebabkan salah satunya karena penjualan yang merosot.

Menurut laporan kuartal III tahun ini, PIZZA mencatatkan penjualan 2,03 triliun, turun dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencatat penjualan 2,75 triliun.

Jika dirinci lagi, semua segmen penjualan Pizza Hut Indonesia anjlok cukup tajam. Misalnya produk makanan menyumbang penjualan Rp 1,91 triliun, turun tajam dibandingkan pada 2023 untuk periode yang sama setahun lalu yang mencatatkan penjualan makanan Rp 2,56 triliun.

Penjualan minuman juga ambles cukup tajam, dari kuartal III-2023 sebesar Rp 197,57 miliar turun menjadi Rp 132,29 miliar di kuartal ketiga tahun ini.

Untuk diketahui saja, Pizza Hut Indonesia sudah merugi sejak lama. Perusahaan yang berkantor pusat di Tebet ini selalu mencatat rugi alias tak pernah untung sejak 2020 atau tepatnya saat pandemi Covid-19. Pada 2020 perusahaan merugi Rp 93,52 miliar, lalu 2021 kembali rugi Rp 60,77 miliar, pada 2022 rugi lagi Rp 23,46 miliar, dan kerugiannya semakin bengkak pada 2023 sebesar Rp 96,22 miliar.

Dengan demikian, kerugian sepanjang kuartal III-2024 semakin memperpanjang tren kerugian Pizza Hut Indonesia.

Tutup puluhan gerai Imbas merugi dan penjualan yang menurun, memaksa perusahaan melakukan efisiensi dengan menutup sejumlah gerai. Dengan penutupan gerai, tentunya berimbas pada pengurangan karyawan.

Masih merujuk pada laporan keuangan kuartal III 2024, tercatat jumlah gerai Pizza Hut di seluruh Indonesia mencapai 595 gerai. Jumlah gerai ini lebih rendah dibandingkan pada September 2023 yang mencatatkan 615 gerai.

Ini berarti dalam kurun waktu setahun, ada penutupan 20 gerai. “Sampai dengan tanggal 30 September 2024 dan 31 Desember 2023, perusahaan mengoperasikan masing-masing 595 dan 615 gerai Pizza Hut di Jakarta dan kota lain di Indonesia,” tulis laporan keuangan perusahaan.

Nasib KFC, Babak Belur karena Covid-19, Makin Sepi Gara-gara Diboikot

Perusahaan yang menaungi jaringan restoran waralaba KFC Indonesia, PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) mencatat rugi bersih Rp 557,08 miliar hingga kuartal III/2024. Ini adalah rekor kerugian tertinggi FAST sejak pandemi Covid-19.

Kerugian KFC Indonesia disampaikan dalam Laporan keuangan konsolidasian per 30 September 2024 yang diunggah di laman Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dampak dari kinerja keuangan perusahaan yang memburuk, aset perusahaan ikut mengalami penurunan. Per 30 September aset perusahaan tercatat Rp 3,83 triliun, merosot dibandingkan pada 31 Desember 2023 yang asetnya dicatat Rp 3,91 triliun.

Setali tiga uang, utang perusahaan juga mengalami kenaikan. Dalam laporan teranyar, utang KFC Indonesia adalah sebesar Rp 3,56 triliun, total utang ini naik dibandingkan akhir tahun lalu yang tercatat Rp 3,19 triliun.

Kerugian pada kuartal III-2024 ini menambah rentetan panjang kerugian menahun perseroan selama beberapa tahun terakhir. Tercatat selama kurun waktu empat terakhir, perusahaan tak pernah untung. Misalnya saja pada 2023, perusahaan juga mencatat rugi tahun berjalan Rp 418,21 miliar, lalu tahun 2022 kembali rugi Rp 77,45 miliar.

Pada 2020 dan 2021 KFC Indonesia juga mengalami kerugian besar, masing-masing Rp 300,61 miliar dan Rp 377,18 miliar. 

Dengan demikian, sebenarnya KFC Indonesia sudah lama merugi, bahkan sebelum kampanye boikot di Indonesia yang ramai sejak konflik di Palestina yang dimulai pada Oktober 2023.

Penjelasan manajemen Manajemen KFC Indonesia mengungkapkan ada dua penyebab utama kerugian perusahaan selama kuartal III-2024. Pertama adalah kondisi yang belum membaik; kedua, karena imbas kampanye boikot beberapa produk Amerika Serikat (AS) di Tanah Air.

“Kondisi ini merupakan dampak berkepanjangan dari pemulihan Grup dari pandemi Covid-19, di mana penjualan belum mencapai tingkat yang diharapkan oleh manajemen, dan situasi pasar memburuk akibat dampak dari Krisis Timur Tengah,” tulis FAST, dikutip pada Minggu (10/11/2024).

“Dua masalah ini telah berdampak negatif terhadap hasil grup untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2024,” sambung FAST.

Kerugian tersebut berimbas terhadap keputusan perusahaan yang pada akhirnya memutuskan untuk menutup puluhan gerai dan efisiensi lainnya dengan melakukan PHK karyawannya.

Dikutip dari laporan yang sama, per 30 September 2024, perusahaan mengoperasikan 715 gerai di seluruh Indonesia. Padahal, pada Desember 2023, jumlah gerainya tercatat masih 762 gerai.

Artinya, sepanjang hampir setahun, KFC Indonesia sudah menutup 47 gerai. Jumlah karyawan yang dilaporkan juga mengalami penurunan.

Data dari laporan keuangan perusahaan, pada 31 Desember 2023 jumlah karyawan tercatat 15.989 orang, tetapi per 30 September 2024 KFC Indonesia hanya mempekerjakan 13.715. Dalam rentan setahun, perusahaan milik konglomerat Grup Salim dan Keluarga Gelael ini sudah mengurangi karyawannya hingga 2.274 orang. (hps/sumber: kcm)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *