Dua tragedi kecelakaan lalu lintas dalam satu hari menjadi perbincangan di media sosial dan memicu kecaman, kemarahan dan keprihatinan. Perusahaan turut bertanggung jawab atas perilaku dan keterampilan pengemudi yang mereka pekerjakan, kata penggiat keselamatan lalu lintas.
Dalam satu hari, terjadi dua kecelakaan lalu lintas yang menyita perhatian publik.
Insiden kecelakaan yang melibatkan mobil operasional tvOne dengan truk ekspedisi terjadi di KM 315 A Tol Pemalang-Batang, Jawa Tengah pada Kamis (31/10). Sebanyak tiga orang meninggal dunia dan dua orang lainnya luka-luka.
Selang beberapa jam kemudian, sebuah truk ugal-ugalan di Kota Tangerang, Provinsi Banten, pada Kamis (31/10) petang, menyebabkan tujuh korban luka—termasuk sopir truk—dilarikan ke rumah sakit dan banyak kendaraan yang rusak.
Merujuk dari dua kecelakaan yang terjadi dalam sehari ini, penggiat keselamatan lalu lintas Catur Wibowo menegaskan pentingnya pembekalan bagi pengemudi dengan apa yang disebut sebagai “defensive driving”.
Akhir dari Artikel-artikel yang direkomendasikan
Defensive driving adalah kegiatan mengemudi yang bertujuan mengurangi risiko kecelakaan dengan memprediksi bahaya di jalan dan mengambil keputusan yang aman.
Berikut adalah hal-hal yang sejauh ini diketahui tentang dua kecelakaan tersebut dan apa yang kita bisa pelajari darinya.
Aksi ugal-ugalan sopir truk di Tangerang
Sore itu, Aisyah Latif sudah memanaskan mesin sepeda motornya, dan bersiap berangkat bersama putrinya yang berusia dua tahun untuk berziarah ke makam ibunya, Kamis (31/10).
Gas ditekan, perjalanan awal semua tampak normal: lalu lintas ramai lancar, dan roda dua menggilas aspal berjalan pelan di tepian jalan.
Sampai tiba-tiba terdengar suara massa menjerit.
“Banyak korban di belakang. Tabrak lari! Tabrak lari!,” kata perempuan 27 tahun ini menceritakan kejadian saat itu.
Sebuah truk wing box tronton tiba-tiba dari arah berlawanan masuk ke jalur jalan yang ia lalui bersama anaknya.
Laju truk dengan panjang 10 meter dengan roda enam ia gambarkan “ngebut sekali”.
Aisyah dan anaknya nyaris bertumbukan dengan muka truk.
“Langsung banting setir ke kiri. Saya jatuhkan motor saya. Saya pegang anak saya. Saya nggak pikir tangan saya sakit atau nggak, saya kena pagar (jalan),” kata Aisyah.
Di belakang truk yang melaju kencang, orang-orang dengan kendaraannya terus mengejar.
“Saya sama anak saya menghadap ke tembok. Saya nggak mau lihat yang pada mau kejar-kejar gitu. Karena kan anak usia dua tahun, takut bagaimana gitu (trauma),” katanya.
“Pas kejadian itu saya benar-benar menangis, saya gemetaran,” kata Aisyah, yang mengaku tak bisa pulang ke rumah karena merasa trauma hingga akhirnya ada pengendara yang bersedia untuk mengantarnya pulang.
Ketika dihubungi BBC News Indonesia pada Jumat (01/11), Aisyah mengaku tidak mengetahui apa yang melatarbelakangi truk melaju ugal-ugalan.
Namun menurutnya, kecelakaan itu merupakan “kesalahan sopir”.
“Kalau memang tabrak lari, harusnya dia tanggung jawab,” tegasnya.
Seorang saksi mata lainnya, Ahmad, mengaku melihat dua korban masuk ke kolong kendaraan. Belakangan, keduanya diketahui selamat.
“Dua orang masuk kolong mobil di dekat sekolahan As Sukriah. Tapi kayaknya selamat karena langsung ditolong sama orang,” ungkap Ahmad kepada wartawan Muhammad Iqbal yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Jumat (01/11)
Namun truk tersebut, kata Ahmad, tetap melaju kencang.
Seorang saksi mata, Arief, mengatakan bahwa truk tersebut menabrak empat kendaraan namun terus melaju kencang ke arah Jalan Veteran, Kota Tangerang.
Jalan Veteran atau yang akrab dikenal dengan Tugu Adipura merupakan tempat terakhir truk tersebut terhenti.
“Dia bisa berhenti saat roda bagian belakang kepater (terjebak) di tugu. Itu juga sopir masih melakukan perlawanan,” kata Arief yang berprofesi sebagai pengamen jalanan.
Arief mengatakan saat diminta warga untuk turun dari kendaraannya, sopir truk itu malah melakukan upaya perlawanan.
“Dia sempat mau nutup kaca tapi ditimpahin dan akhirnya pecah. Kemudian dia di dalam juga sempat mau nyerang pakai besi yang ada, kaya kunci roda gitu,” ujarnya.
Insiden truk ugal-ugalan di Tangerang, akhirnya viral di media sosial.
Dari rekaman video kecelakaan yang tersebar, truk jenis wing box terus melaju meskipun sejumlah kendaraan penyok ditabrak dan pesepeda motor bergelimpangan.
Massa di belakang truk melakukan pengejaran, hingga akhirnya kendaraan besar itu kesulitan bermanuver di Tugu Adipura.
Adegan kejar-kejaran ini berlangsung sepanjang lebih dari 3km. Sopir yang sudah dikepung kemudian menjadi bulan-bulanan massa yang marah.
Kepolisian mengatakan “tidak ada korban meninggal” dalam peristiwa ini, namun begitu upaya identifikasi terus dilakukan.
“Pelaku sopir truk wing box berinisial JFN saat ini masih dalam perawatan medis di RSUD Kabupaten Tangerang akibat amuk massa kemarin di tugu Adipura,” kata Kapolres Metro Tangerang Kota, Kombes Pol Zain Dwi Nugroho, Jumat (01/11) pagi.
Kepolisian melaporkan terdapat tujuh korban luka, termasuk sopir truk.
“Dari tujuh korban itu yang masih di rumah sakit total ada empat orang dirawat. Tiga lainnya sudah rawat jalan. Kemudian dari tujuh orang tersebut tiga perempuan empat laki-laki,” kata Zain.
Sebanyak 16 kendaraan rusak akibat aksi ugal-ugalan truk wingbox. Kendaraan ini terdiri dari 10 roda empat dan enam roda dua.
Zain mengungkapkan kejadian ini berawal saat truk yang dikendarai JFN (24) datang dari arah Cikokol menuju Cipondoh.
- Bagaimana kronologi dan motif sopir ugal-ugalan?
Truk ini menabrak bemper belakang Suzuki Ertiga yang dikendarai saksi L yang sedang berhenti di lampu merah arah Kodim.
“Panik, pelaku lalu melarikan diri ke arah Cipondoh dan dikejar oleh warga sampai Jalan KH. Hasyim Ashari dan kembali menabrak pengendara sepeda motor. Lalu kabur ke arah Nerogtog, Graha Raya, Banjar Wijaya, kembali ke Jalan Hasyim Ashari,” kata Zain.
Dalam temuannya, polisi juga mengeklaim menemukan zat metapetamine (sabu) dalam tes urine milik sopir.
“Saat ini kita sedang kembangkan dan kita lakukan penggeledahan terhadap truknya dan kita temukan barang bukti yang lain juga terkait masalah narkoba,” tutupnya.
Kecelakaan maut kru tvOne
Beberapa jam sebelum insiden sopir truk ugal-ugalan di Tangerang, kecelakaan lalu lintas juga menimpa kru jurnalis tvOne.
Rombongan yang sedang melakukan perjalanan ke arah Lamongan ini mengalami kecelakaan di Tol Pemalang-Batang KM 315A. Tiga kru tvOne meninggal dan dua luka-luka.
Berdasarkan keterangan saksi, kendaraan kru tvOne berhenti di bahu jalan untuk membersihkan kaca depan mobil. Tiba-tiba, sebuah mobil truk box menghantam keras dari arah belakang.
Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Pol Artanto, mengatakan kejadian ini berlangsung pada Kamis (31/10) sekeitarpukul 06.45 WIB. Kendaraan operasional tvOne ditabrak dari belakang.
“Dari hasil pemeriksaan, diduga sopir truk tersebut mengalami microsleep (tertidur sejenak) yang menyebabkan truk oleng ke kiri hingga menabrak mobil kru tvOne,” jelas Artanto, dilansir Tribunnews.
Apa persamaan dan perbedaan dari dua kecelakaan ini?
Keduanya terjadi karena faktor kelalaian manusia (human error), menurut penggiat keselamatan lalu lintas Catur Wibowo.
Dalam insiden kecelakaan di Tangerang, kata pria yang akrab disapa Ninot tersebut, pengemudi tidak menghentikan aksinya sejak insiden pertama.
Ditambah lagi, laporan polisi menyebutkan temuan sabu dalam urinenya.
“Jelas melanggar hukum. Jadi pertama, kesalahan pertama karena memakai obat. Kedua, akibatnya abai dalam kesadaran, sehingga menabrak mobil lain. Bisa jadi pengaruh sabunya membuat halusinasi,” kata Ninot.
Sementara itu, pada kasus kecelakaan kru tvOne, Ninot mengatakan, “Microsleep itu jelas banget human error”.
“Ketika sudah capek ya harusnya kita istirahat. Dan dia memaksakan diri. Itu sudah salah. Mengakibatkan orang lain berdampak kecelakaan makin tambah salah lagi,” kata pria yang menjadi Trainer Defensive Driving di ORD Safety Training Center, Jakarta.
Di sisi lain, kedua kecelakaan ini memiliki situasi yang berbeda. Ada kemungkinan sopir truk yang ugal-ugalan di Tangerang terus melaju karena khawatir dihakimi massa–meskipun menjadi kenyataan.
Namun, Ninot mengingatkan agar publik juga bisa menahan diri dalam situasi seperti ini, walaupun ia menyadari situasi di lapangan tak mudah karena terjadi kemarahan massa.
“Sebaiknya [masyarakat] juga tahu dan paham aturan,” katanya.
Jika pengemudi mengalami kelelahan ketika berkendara di jalan tol, Ninot mengimbau agar pengemudi rehat sejenak.
Apa yang bisa dipelajari dari dua kecelakaan ini?
Pengemudi untuk perusahaan adalah sebuah profesi. Artinya, ia bukan sekadar bisa membawa kendaraan, membaca tanda lalu lintas, dan melakukan manuver selama perjalanan.
Menurut Ninot, pembekalan utama bagi pengemudi adalah apa yang ia sebut sebagai “defensive driving”.
Defensive driving adalah kegiatan mengemudi yang bertujuan mengurangi risiko kecelakaan dengan memprediksi bahaya di jalan dan mengambil keputusan yang aman.
“Defensive driving itu lebih ke behavior (perilaku), setelah itu skill (keterampilan mengemudi) mereka itu akan mengikuti,” katanya.
Defensive driving, menurut Ninot, juga membekali pengemudi dengan manajemen kelelahan saat berkendara, termasuk bertanggung jawab ketika menghadapi kecelakaan.
“Dari perilakunya kan kita balik lagi, dia harus bertanggung jawab,” tambah Ninot.
Lebih dari itu, pembekalan ini juga untuk mengenali pengemudi tentang dimensi kendaraan yang dibawa, dan jenis-jenis muatan seperti bahan kimia, material keras ataupun bahan bakar.
“Sebelum melakukan perjalanan, wajib seorang driver itu harus melakukan inspeksi terhadap kendaraannya,” katanya.
“Itu semua tanggung jawab si perusahaan memberikan pengetahuannya kepada para driver itu,” cetuss Ninot.
Dia mendorong endorong tiap perusahaan yang mempekerjakan pengemudi memberikan SIM Perusahaan bagi mereka yang lolos ujian ini. (h/bbcindonesia)