Belawan, PRESTASI REFORMASI.Com-Hembusan angin laut berpadu awan hitam berarak manja mengguratkan suasana indah dan tenang di lambung Sungai Deli kawasan Kampung Muslimah Gudangkapur Pasar Lama, Medan Labuhan, Ahad 15 September 2024.

Petang itu bertepatan dengan tanggal 11 Rabi’ul-awwal 1446 H. Di sebuah pendopo tempat mengaji warga nelayan tradisional itu serasa bagai aula yang sangat menyenangkan hati.

Ibu- ibu jama’ah pengajian Kampung Muslimah di rembang petang itu tengah menyelenggarakan syi’ar Islam memperingati Maulid Nabi Muhammad saw.

Di situ beberapa orang anak yatim bermain ke sana ke mari dengan riang gembira. Duh, sedapnya.

Acara menyambut hari kelahiran khatamunnabiyyin (nabi paling akhir/tak ada lagi nabi sesudahnya) itu, diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an yang dibacakan oleh Bunda Fatimah.

Selanjutnya Bunda Farida selaku pembawa acara mempersilahkan Bunda (Uncu) dan Bunda Nurhayati membacakan rawi Al-barzanji, dan dilanjutkan dengan membaca marhaban dipandu oleh Baginda Masri Tanjung.

Sampai Akhir Masa : Bunda Siti Aminah Br Simanjuntak mewakili jama’ah dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada bunda-bunda Pengajian Kampung Muslimah yang telah menyelenggarakan acara ini begitu menyenangkan hati.

“Alhamdulillah, acaranya sangat sederhana, tapi semangat dan rasa persadaraannya sangat luar biasa. semoga kepedulian dan kebersamaan seperti ini serta majelis ilmu setiap pekan Ahad dapat dipertahankan dan dikembangkan hingga akhir masa,” pinta ibu yang baru pulang dari Negeri Ringgit itu.

Sayangi Anak Yatim

Al-ustadz Baginda Masri Tanjung dalam tausiyahnya menyampaikan kepada jama’ah, dengan memperingati maulid Nabi Muhammad saw, adalah dua hal yang perlu kita implementasikan dalam kehidupan, yakni tentang akhlaq yang baik, dan menyayangi anak yatim.

Tuntutlah Ilmu dan perbanyak shalawat. Di penghujung tausiyahnya, penceramah mengimbau jama’ah agar meningkatkan semangat dalam hal menuntut ilmu, dan perbanyaklah shalawat kepada Nabi, ujarnya.

Santuni Yatim dan Makan Bersama

Dalam kesempatan bahagia itu, jama’ah memberi makanan nasi, dan bingkisan uang saku kepada anak yatim. Selanjutnya makan bersama di pendopo.

Menangis karena Haru

Di sela asyiknya bunda-bunda menikmati santapan makan siang bersama dengan menu masakan pantai ditingkahi dengan gulai daun ubi dicampuri ikan teri, tiba-tiba dua bunda pembaca rawi barzanji tadi tersengkuk-sengkuk sambil menyeka air matanya yang berlinang membasahi pipi.

Uncu tak sempat melepaskan pincuk di bungkusan nasinya itu. Nenek terus tersedu-sedan sambil menatapi jama’ah, anak yatim dan buku barzanji.

Tangis Nek Uncu agaknya karena terkenang ke masa lalu saat ia membaca rawi barzanji di lambung Sungai Deli Gudang Kapur, Pasar Lama Labuhan sekitar 50 tahun silam, alhamdulillah, hari ini (11 rabi’ul awwal 1446 H/15 september 2024) kenangan manis Nek Uncu terulang kembali. (masri)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *