
Belawan, PRESTASI REFORMASI.Com – Di dalam bulan ramadhan sesungguhnya kita sedang menjalani proses latihan menuju taqwa dalam mencapai ridho Ilahi. Latihan dimaksud, yakni mengendalikan hawa nafsu, mengimplementasikan kejujuran, disiplin, rendah hati, dan peduli terhadap sesama yang membutuhkan bantuan.
Hal itu dikatakan al-ustadz Drs. H. Sakira Zandi, S. Pdi pada ramadhan lalu dalam tausiyahnya di Masjid Jami’ Belawan.
Disebutkan, dalam training (latihan) menuju taqwa, kita yang berpuasa dilatih langsung oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Contohnya, Mengendalikan hawa nafsu.
Dalam rentang waktu berpuasa–dari waktu imsak sampai waktu berbuka puasa–kita tidak boleh makan dan minum, meskipun yang akan kita makan dan minum itu halal dan milik kita sendiri, dan kala itu tidak ada orang lain yang melihat. Tapi, itu tidak kita lakukan, karena ada aturan dan hukum yang berlaku dalam berpuasa.
Selain berlaku jujur juga dilatih untuk disiplin, terutama disiplin waktu. Kemudian dilatih untuk peduli merasakan bagaimana sakitnya menahan haus dan lapar. Seperti itulah pedihnya derita yang dirasakan orang miskin dan tak berpunya.
Maka, marilah kita jadikan bulan penuh berkah dan keampunan ini sebagai momen penting bagi menibgkatkan ketaqwaan kita kepada Allah melalui perbuatan menjaga kejujuran , mengendalikan hawa nafsu, disiplin, dan bersedekah membantu saudara kita yang membutuhkan uluran tangan saudaranya yang berpunya.
Menjaga Nafsu Syahwat
Menjaga nafsu syahwat dalam rentang waktu berpuasa sangatlah penting. Walaupun statusnya suami-isteri yang sah (halal), tapi tetaplah tidak boleh dilakukan di saat waktu berpuasa.
Kalau juga dilanggar, maka tanggung akibatnya. Kafaratnya amat sangat berat, yaitu memerdekakan seorang hamba, jika tak sanggup, berpuasa selama dua bulan (60 hari) berturut-turut tidak boleh putus. Jika putus di hari ke-58 misalnya harus diulang dari pertama (kapok kan ?). Jika puasa 60 hari berturut-turut juga nggak sanggup, maka diharuskan memberi makan 60 orang faqir-miskin. (masri tanjung).