Belawan, PRESTASIREFORMASI.Com – “Jangan pernah lelah mencintai negeri ini.” Itu lah kalimat yang sering terucap dari sosok perwira tinggi TNI AL segudang prestasi ini.
Pak Irawan. Begitu sapaan akrab Laksamana Muda TNI Suprianto Irawan, S.E., M.M. AAL 33 Tahun 1988, mantan Komandan Satuan Komando Pasukan Katak (Dansat Kopaska) Koarmabar (foto).
Sejalan dengan penampilan seorang prajurit matra laut yang gagah, ia dijuluki sebagai frogman (manusia katak). elang laut dan si macan laut.
Julukan si macan laut sangat melekat padanya sejak dia berpangkat mayor menjabat tugas Dansatroltas Lantamal I Belawan (2000-2022). Kala itu pula ia menginisiasi berdirinya Tim Buser Lantamal I.
Ia dikenal ahli strategi di bidang intelijen dalam hal pengamanan laut. Barisan bandit-bandit di laut yang coba mengusik keamanan laut seperti perompak, penyelundup dan pelaku tindak kekerasan serta pelanggaran di wilayah kerjanya, satu persatu ditekuk sesuai prosedur hukum.
Dinding timur Pulau Andalas yang berhadapan langsung dengan Selat Malaka “disesaki” oleh banyak muara sebagai “pintu tikus” keluar-masuk sarana transportasi laut yang digunakan oleh barisan bandit laut untuk memboyong barang-barang selundupan dapat berubah menjadi “zero” pelanggaran.
Serangkai julukan itu bagi Irawan memang cukup beralasan. Karena tak sedikit barisan bandit laut yang dicokok kala berhadapan dengannya dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab menjaga kedaulatan dan hankamneg di laut sebagai tupoksinya.
Selat Malaka merupakan salah satu perairan paling rawan di dunia. Namun berkat inisiatifnya bersama pimpinan TNI AL kala itu, Irawan berhasil menekan tren kejahatan di laut.
Semasa menjabat Komandan Lantamal IV Tanjunpinang (2016-2017) si”Macan laut” ini dengan tim taktis bernama WFQR (West Fleet Quick Response) memberikan pesona rasa aman di laut bagi masyarakat pengguna laut dari aksi kekerasan dan pelanggaran lainnya.
Kala Tim WFQR Lantamal IV Tpi di bawah kendalinya dalam mengamankan laut wilker Lantamal Pulau Gurindam itu, tim ini berhasil menggagalkan upaya tindak kejahatan dan penyelundupan sebanyak 28 tangkapan. Itu di antaranya sindikat kejahatan narkotika penyelundupan 1 ton sabu.
Seiring dengan ditekuknya bandit narkoba tadi, bandit-bandit kelas kecepai lainnya pun terpaksa “bersembunyi” dan mengurungkan niat jahatnya, karena hampir tak sebanding kepiawaian bandit dengan strategi ulung si macan laut ini.
Tak Gentar dengan Ancaman
Memang, ketika melihat sederet penghargaan yang “menyesaki” ruang kerjanya, tapi tak sedikit pula ancaman yang datang dari pihak-pihak pelaku pelanggaran seperti bandit-bandit laut penyelundup.
“Ya, memang tak sedikit ancaman datang kepada saya. Tapi, insya Allah saya tidak gentar. Karena saya menjalankan perintah negara sesuai prosedur hukum. Jadi saya tidak pernah gentar terhadap ancaman,” ujarnya.
Sejarah mencatat, prestasi gemilang mengantarkan frogman Koarmabar (sekarang Koarmada I) ini menjadi tangan kanan pejabat nomor wahid di TNI AL, yaitu selaku Asisten Pengamanan (Aspam) Kasal.
Selanjutnya Laksda TNI Suprianto Irawan diberi tugas khusus oleh Presiden RI Ir. Joko Widodo sebagai Sekretaris Utama Badan Keamanan Laut (Sestama Bakamla).
Sebagai pejabat nomor dua di institusi Bakamla , ia menjadi motor di balik penguatan Bakamla sebagai kedinasan penjaga kelautan/pantai, hingga akhirnya peratuiran baru terkait integrasi pengamanan laut.
Sentuhan pengamanan laut yang diemplementasikan WFQR mendapat apresiasi internasional. Laksda Suprianto Irawan diundang langsung ke Pentagon, USA untuk dimintai saran oleh petinggi penegak hukum di Negara Super Power itu.
Ruang kerjanya pun dipenuhi sederet penghargaan. Dari segunduk penghargaan itu, menurut Irawan yang paling berkesan baginya ketika ia diundang ke Pentagon untuk dimintai saran oleh petinggi penegak hukum di Negara Super Power itu.
Julukan ini tentu menjadi kenangan manis baginya dengan penuh bahagia seiring motto sejati yang sering ia ucapkan, “ Jangan pernah lelah mencintai negeri ini.” Seperti kata pepatah: “Prajurit dua tak pernah mati, mereka hanya memudar.”
Kini sang Laksamana yang dijuluki sebagai frogman (manusia katak). elang laut dan si macan laut memasuki masa purna tugas. Tapi Suprianto Irawan bersumpah, bahwa pengabdian untuk negara tak akan pernah usai sampai titik darah penghabisan.
Laksamana Muda TNI Suprianto Irawan, S.E.,M.M (lahir di Fakfak, Papua (dahulu Irian Barat-red) 15 Desember 1964.
Akademi Angkatan Laut (AAL) Angkatan 33 tahun 1988.
Riwayat Jabatan:
Komandan Detasemen-1 Sabotase/Anti Sabotase Satkopaska Armabar — 2000-2002: Dansatroltas Lantamal I Belawan — 2003-2004: Komandan KRI Layang-635 – 2004-2005: Pasops Satuan Komando Pasukan Katak Koarmatim – 2005-2008: Komandan Satuan Komando Pasukan Katak Koarmabar – 2008-2010: Komandan Lanal Banten – 2010-2011: Asintel Gugus Tempur Laut Armada Timur – 2011-2013: Asintel Pangkolinlamil –2013-2016: Asintel Pangarmabar – 2016-2017: Komandan Lantamal IV Tanjungpinang – 2017: Kadispamal – 2017-2019 Aspam Kasal: 2019-2022 Sestama Bakamla.
Kenangan ManisBersama si “Macan Laut”
“Sesuatu yang paling jauh adalah waktu yang telah berlalu.Ia tak akan pernah kembali lagi. Kenangan manis memang mesti berlalu, namun di suatu hari torehannya bisa membekas dan nyata. Ia tak hilang untuk dikenang dan diulang-ulang. Itu di antaranya kenangan manis penulis bersama “si Macan Laut” Lantamal I—Komandan Satroltas Lantamal I/Komandan Buser Mayor Laut (P) S.Irawan.
Kenangan manis itu pernah tertoreh di Belawan dalam “pelukan” tahun 2000-2002. Ia menaklukkan bandit laut karena impian mendukung terwujudnya suasana aman dan kondusif di sekitar wilayah kerjanya.
Jelmaan kenangan ayu itu terasa tersingkap ketika penulis bertemu kembali, bersalaman dan berbincang sekilas waktu dengan “si Penekuk Bandit Laut” di Selat Malaka itu di Mako Lantamal I, Selasa (01/05/2018).
Ketika melihat pati mudah senyum itu menghayun langkah memasuki Gapura Mako Lantamal I pagi itu, bukan cuma penulis yang teringat akan serangkaian kesan saat pernah bersama dengannya.
Tapi beberapa orang wartawan maritim Belawan sontak berseru: “Eh, laksamana berbintang dua itu Pak Irawan ya?. Mantan Komandan Buser Lantamal I yang dijuluki si Macan Laut dulu ya Ndjung” tanya dua orang wartawan senior kepada penulis.
“Duh, teringat kita kenangan manis masa lalu bersama Pak Irawan itu. Luar biasa ya Ndjung, dulu hampir tiada pekan tanpa berita hasil gerudukan Dansatroltas/Danbuser si Macan Laut itu.
Kedekatannya dengan kita wartawan bukan cuma karena ada pers relis saja, tapi beliau tampak sangat senang dan bahagia kalau kita berkunjung main ke kantornya.
Tegas, keras, lugas dan humanis. Itulah seorang Mayor Laut (P) Suprianto Irawan di tahun 2000-2002 di Belawan. Senyumnya yang khas tidak akan terlupakan. Begitu juga leluconnya yang terkadang vulgar.
Yang paling menarik, ia tidak pernah memakai topeng. Ia akan langsung marah jika merasa harus marah. Ia benar-benar sebagaimana adanya dia. Tapi, setelah itu ia akan merangkul orang yang dimarahinya.
Dansatroltas Lantamal I/Komandan Buser Lantamal I Mayor Laut (P) S.Irawan dan Masri Tanjung wartawan PRESTASI REFORMASI
di kapal perang India INS CHEETAH tahun 2000 di dermaga Terminal Peti Kemas Pelabuhan Gabion Belawan.
Meredam Demo Ribuan Nelayan
Kesan indah penulis yang amat menarik dengan si Macan Laut ini, saat penulis meliput aksi demo ribuan nelayan dengan menggunakan ratusan perahu di laut Belawan.
Melihat gegap-gempita massa nelayan waktu itu, yang terbayang oleh penulis bakal terjadi hiruk-hiruk hingga malam hari. Tapi, estimasi penulis ternyata meleset.
Suasana gegap gempita ribuan nelayan tadi berhasil diredam Dansatroltas Lantamal I itu melalui imbauan yang cukup diplomatis dari anjungan kapal patroli TNI AL KAL Telaga Tujuh di mulut Kuala Deli Belawan pada medio tahun 2000. Penulis ketika itu berada di sampingnya.
Mantan Komandan Satuan Komando Pasukan Katak (Dansatkopaska) Koarmabar ini dikenal humanis. Namun di sisi lain—dalam menjalankan tugas, ia disebut-sebut tidak kenal kompromi dengan bandit laut.
Barisan orang-orang bandel seperti perompak, maling, pelaku kejahatan dan tindak kekerasan di laut tidak sedikit yang mati kutu “digeruduk” anak buahnya.
Memang dalam menegakkan peraturan yang baik dan kondusif, tidak semua orang serta merta mendukung, apalagi memberikan applaus jika keinginannya untuk meraup keuntungan secara ilegal terusik.
Bahkan Irawan pun pernah “dikepung” ratusan “labi-labi” (pemasok barang dari luar negeri) yang disebut-sebut memasukkan barang tanpa dilindungi dokumen di Pelabuhan Ujungbaru Belawan.
Ketika itu anak buah Irawan tim buser menangkap sebuah kapal kargo trayek Singapore-Belawan dalam keperluan melakukan pencegahan terhadap kapal tersebut, karena mensinyalir adanya barang-barang ilegal di kapal itu. Tapi si Macan Laut ini berhasil membuyarkan kepungan “labi-labi” tadi setelah memberikan jawaban secara diplomatis.
Si Macan Laut Tinggalkan Belawan
Setelah kurang lebih dua tahun bersuka-duka menjalankan tugas pengamanan laut di pantai timur Sumbagut itu, karier gemilang menjemputnya untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab yang lebih besar lagi di Koarmabar. Ya kepindahan tugasnya ke Jakarta di penghujung tahun 2002 itu berarti perpisahan bagi kami. .
Si Macan Laut humanis itu bertolak ke Jakarta dengan menumpang kapal laut dari terminal penumpang Pelabuhan Ujungbaru Belawan.
Iringan patroli keamanan laut (patkamla) Lantamal I berkonvoi melepas keberangkatan sang Komandan hingga perairan buoy I Belawan.
Suasana di pundak perairan Belawan saat itu terkesan haru biru. Karena, bagi anak buahnya di Satroltas dan Buser termasuk penulis, Irawan bukan cuma pimpinan di satuan kerja saja, tapi juga sebagai bapak, sebagai guru, sebagai abang, sebagai sahabat dan sebagai teman sejati yang penuh kisah.
“Memang Pak Irawan telah berangkat menjemput karier gemilangnya. Tapi bagi kami itu berarti perpisahan. Semoga esok kita bertemu lagi dengan Pak Irawan, saat beliau sudah berpangkat perwira tinggi,” harapan kami kala itu.
Shalat Berjama’ah di Hotel
Di ujung senja dalam pelukan malam (medio tahun 2003), Pak Irawan menelpon penulis agar meluncur ke sebuah hotel di Medan. Kami bertemu kembali. Momen silaturrahim 19 tahun silam di sebuah hotel itu terasa sebagai pengobat rindu.
Setibanya penulis di lantai 4 kamar hotel tersebut ,Pak Irawan menyambut dan memeluk penulis dengan sapaan sangat kekeluargaan.
Setelah mencicipi seteguk air— beliau kala itu berbuka puasa sunnah—Sahabatku ini mempersilahkan penulis mengambil wudlu’. Kami pun melaksanakan shalat maghrib berjama’ah. Ibu Jalasenastri (isteri Pak Irawan juga ikut shalat berjama’ah).
Bernostalgia di Pangkalansusu
Tiga tahun setelah itu, tepatnya Selasa 12 Desember 2006, kami bertemu lagi di Pos Kamla Pangkalansusu. Kala itu penulis dibawa oleh Komandan Lanal Lhokseumawe Letkol Marinir Achmad Gozali Sulaiman menuju Lanal LSE.
Saat memasuki Kota Pangkalan Berandan, pamen si Hantu Laut Gozali menelpon Pak Irawan seraya mengatakan di dalam mobil ini ada bang tanjung, seru Gozali.
Pak Irawan yang kala itu tengah berada di Pulau Kampai dalam keperluan menyelam mencari senjata yang dibuang kawanan perompak ke laut. Begitu rendah hati, ia meminta agar Letkol Gozali memutar haluan mobil menuju Pos Kamla Pangkalansusu.
Pak Irawan dengan mengenakan pakaian pasukan katak meluncur menggunakan perahu karet merapat di Pos Kamla yang kala itu dikomandani Letda Laut (E) Dwi mantan anggota Pak Irawan yang kini menjabat Wadan Tim Intel Lantamal I.
Di kesempatan itu kami melaksanakan shalat ashar berjama’ah. Dilanjutkan dengan acara makan bersama hidangan khas laut.
Terpaut 12 tahun, jelmaan kenangan ayu itu tersingkap kembali.
di Mako Lantamal I, Selasa (01/05/2018). Kala itu Pak Irawan datang ke mako Lantamal ujung barat NKRI ini dalam keperluan mendampingi Kasal dalam kunjungan kerja ke mako Lantamal I Belawan. (masri tanjung).
Do’aku Untuk Mu Sahabatku
“ Yaa Allah berikanlah yang terbaik kepada Laksda Suprianto Irawan sekeluarga. Curahkanlah rahmat dan hidayah-Mu kepadanya sekeluarga, Berkahilah umur, kesehatan, dan rezekinya. Jadikanlah keluarganya sebagai permata hati, penyejuk jiwa baginya, dan harmonis hingga akhir masa. Tetapkanlah hati kami di dalam agama-Mu, dan karunaikan kepada Pak Suprianto Irawan sekeluarga husnulkhatimah. “
(salam hormat banginda masri tanjung).