Allah SWT berfirman, :
وَقُلْ جَاء الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقاً
Artinya :
Dan katakanlah, “Kebenaran telah datang dan yang batil telah lenyap.” Sungguh, yang batil itu pasti lenyap. (QS.Al-Isra’:81)
Sesungghnya sejak awal Allah SWT menciptakan manusia, perlawanan antara ahlu haq dan kebathilan telah dimulai. Pertarungan antara wali Allah sebagai pengusung kebenaran melawan wali setan sebagai pengusung kebatilan terus berlangsung.
Di antara keduanya saling memenangkan pertarungan. Terkadang wali Allah yang tampil sebagai pemenang walaupun di waktu yang lain dia ditakdirkan kalah dan dikuasai oleh musuh.
Hal ini sudah menjadi ketetapan Allah di muka bumi, bahwa selain ditetapkannya Sunnah Mudawalah (saling berkuasa), Allah juga menetapkan sebuah kehendak lain yang tidak bisa dihindarkan oleh makhluknya, yaitu sunnah tadafu’ (saling monolak dan melawan). Yaitu suatu ketetapan yang berlaku di antara makhluk untuk saling membela diri, berkonfrontasi dan saling melawan dan memperebutkan.
Ketika orang-orang zalim berkuasa dan menghancurkan gerak hidup hamba yang berjalan diatas petunjuk dan hidayah-Nya maka Allah Subhana WaTa’ala mengutus pasukan dari hamba yang dipilih-Nya untuk menghentikan kezaliman tersebut.
Allah SWT mengutus Nabi Ibrahim kepada Namrud yang tirani, mengirim Nabi Musa kepada Fir’aun yang mengaku Tuhan, penuh kesombongan lagi menindas, menyuruh Thalut untuk melawan Jalut yang kejam dan zalim, dan menghadirkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di tengah-tengah masyarakat Quraisy yang musyrik dan membunuh sesukanya.
Sesungguhnya Firman Allah SWT pada QS.Al-Isra’:81 di atas begitu singkat, namun padat dan tegas. Sekaligus menjadi kabar gembira bagi para penyeru kebenaran dan para pengikutnya. Kiranya satu ayat ini sudah cukup menjadi pegangan.
Kekalnya kebenaran dan musnahnya kebatilan adalah menjadi sunnatullah, bukan sekedar perkiraan, sunnatullah itu pasti terjadi.
Firman Allah SWT :
فَلَن تَجِدَ لِسُنَّتِ اللَّهِ تَبْدِيلاً وَلَن تَجِدَ لِسُنَّتِ اللَّهِ تَحْوِيلاً
Artinya :
“Maka kamu tidak akan mendapatkan perubahan bagi Sunnah Allah, dan tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi ketentuan Allah itu.” (QS.Fathir : 43)
Karena itu banyaknya pengikut kebathilan sementara sedikitnya pengikut kebenaran tidaklah semua menjadi masalah. Kebenaran itu sunatullah, sesuai fithrahnya manusia. Ia bagaikan air yang dibutuhkan seluruh manusia. Sementara kebatilan bagaikan buih yang terlihat banyak namun bagaikan sebuah fatamorgana.
Firman Allah SWT :
كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللّهُ الْحَقَّ وَالْبَاطِلَ فَأَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاء وَأَمَّا مَا يَنفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الأَرْضِ
Artinya :
“Demikianlah Allah Membuat perumpamaan tentang yang benar dan yang batil. Adapun buih, akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada gunanya; tetapi yang bermanfaat bagi manusia, akan tetap ada di bumi.” (QS.Ar-Ra’d:17)
Para Nabi pun diutus untuk menyampaikan dengan gamblang bahwa kebenaran akan menang dan kebatilan akan sirna.
Sesungguhnya kebenaran harus dihadirkan ditengah-tengah umat, sehingga kebatilan musnah. Para penyihir Fir’aun, mereka semua seakan-akan tampak hebat dengan tipuan-tipuan sihir mereka, ganasnya ular-ular yang keluar dari sihir mereka, namun di saat datang tongkat Nabi Musa AS seketika semua kehebatan itu hancur.
Sesungguhnya jika kita telah berada diatas jalur kebenaran, maka jangan pernah berkecil hati dengan permainan kebatilan yang tampak hebat, sesungguhnya semua itu hanya kamuflase semata.
Pastikan kita dalam barisan, semoga Allah SWT berkenan memberikan kita petunjuk dan Hidayah-Nya istiqomah dalam barisan yang haq. (h/Tauhid Ichyar)