Labura, PRESTASIREFORMASI.Com – Kegaduhan terjadi di tengah masyarakat akibat yang turunnya harga Tandan Buah Segar Kelapa sawit, yang tiba- tiba seperti terjun bebas tanpa penghalang. Dari harga Rp 3060 turun menjadi Rp 2560. Bahkan ada yang menurunkan harga hampir Rp 1000,- (seribu rupiah).

Awal yang baik terus ditampakan oleh perusahan pengolahan kelapa sawit. Di setiap waktunya perusahan tersebut menaikan harga mulai dari Rp 20 hingga Rp 60 secara estafet. Masyarakat pun tentu bergembira melihat kenaikan harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit yang tiap harinya meningkat.

Melihat pada kenyataannya sekarang musim berkurangnya penghasilan petani kelapa sawit, atau yang biasa di sebut musim terek. Lumayanlah, harganya agak tertolong walau sawitnya sedikit,” ujar salah seorang petani perkebun sawit.

Melihat kondidi di lapangan, tentu harga tak mungkin turun. Dalam rumus ekonomi, sedikit barang dan banyaknya permintaan tentu berpengaruh pada kenaikan harga suatu barang. Namun pada kenyataannya masyarakat bertanya, ada apa dengan penurunan harga sawit yang cukup drastis ini ? Apakah hukum dagang yang orang awam pun tau, tidak berlaku lagi ?

Pertanyaan semacam yang dituliskan di atas, tentu menjadi perhatian pemerintah. Pemerintah yang paling dekat dengan masyarakat tentu harus bisa menjelaskan kepada publikbagar kegaduhan dan rasa putus asa terjawab.

Banyak yang pemerintah rencanakan dari bahan baku kelapa sawit ini. Seperti yang kita ketahui, untuk dijadikan bio solar sampai pembuatan premium yang mencapai RON 105.

Sekelumit dari rencana itu tentu menjadi kabar baik dan menggembirakan untuk petani perkebun sawit.

Namun pada kenyataannya semua berbalik begitu saja. Hemat penulis menduga, inilah akibat dari negara kita bergantung pada negara lain. Semoga pemerintah dapat mengatasi kejadian ini. ( \Saiful AP).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *