Belawan, PRESTASIREFORMASI.Com – Tersibak apa adanya. Itulah yang tergambar pada sosok H. Suratman, S.Sos. Tak sulit membaca lakonnya siang itu. Awalnya tampak tegar saat menyampaikan muqaddimah dalam menyambut kedatangan tetamu.
Memang, seyogyanya ia bahagia secara penuh, karena Ahad petang 10 Oktober 2021 itu sosok humoris ini selaku shahibul-hajat. Ia tengah menyelenggarakan perhelatan ngundo mantu di kediamannya Perumahan Nippon Indah Kelurahan Payapasir, Medan Marelan, Sumatera Utara.
Tetamu yang datang di perhelatan itu tak hanya keluarga terdekat maupun handai dan taulan. Tapi juga teman sejawat semasa bekerja di Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I dan belasan orang kawan sekolah 42 tahun silam.
Selaku tuan rumah dengan tampilan humanis -Pak Man- begitu panggilan akrabnya. Ia mengenakan pakaian resmi pria, kemeja putih didandani jas hitam lengkap pula dengan peci lobe seraya meninting kamera ke sana ke mari.
Tentu saja, petang itu penggemar lagu “dont forget to remember me” ini ingin menghibur tetamu dengan menyumbangkan suara baritonnya.
Sekira pukul satu siang, tetamu yang datang di antaranya rombongan mantan leaders-nya. Para mantan pejabat teras di Pelindo I itu , yakni Pasoroan Herman Harianja, S.H., M.Sc., yang kini menjabat Presiden Inampa sebelumnya menjabat Dirpum Pelindo I, Syamsul Bahri Kautjil mantan GM Belawan international Container Terminal (BICT) sekarang sebagai Ketua Ikatan Pensiunan Pelindo I (Ikapen) dan beberapa pejabatnya.
Mencoba Melawan Pilu
Guna menyahuti gelora jiwanya petang itu, H.Suratman naik ke pentas keyboard. Microphon sempat storing dalam genggamnya seukuran durasi satu lagu lamanya. Ia tak serta merta menyanyi. Dengan nada diplomatis sambil men7ndukkan kepala, ia meminta kesediaan teman-teman untuk berdo’a mengenang beberapa bulan lalu “kepergian” sang isteri untuk selamanya.
Di sela hening cipta inilah rasa bahagia tak mampu membungkus atmosfir kesedihan. Melihat shahibul bait ini mulai tersedu-sedan seraya mengeluarkan sapu tangan untuk menyeka air mata bahkan nyaris kelu lidahnya menuturkan kata, tetamu tadi pun ikut bersedih. Suasana di sudut pelaminan sang anak sedikit berubah menjadi haru-biru.
Tembang Kenangan Spesial
Di tengah atmosfir kesedihan itu, mantan Asmen Humas Pelindo I BICT ini coba mencurahkan “isi hati” dengan melantunkan lagu berjudul “Munajat Cinta”. Namun Suratman belum tampak tegar.
Arif Kurniawan sang anak yang tengah duduk bersanding di pelaminan dengan isterinya Ayu Harianja spontan berlari naik ke pentas mendampingi sang ayah. Dua buah mic mengeluarkan suara indah–bariton dipadu dengan tenor– duet ayah dan anak menjelma menjadi suasana bahagia lewat tembang kenangan spesial berjudul Munajat Cinta.
Setelah berangsur tegar, pemilik hobi sepak bola dan sepak takraw ini melantunkan lagu “dont forget to remember me” dengan suara baritonnya. Mendengar itu, seorang ibu spontan memberikan apresiasi. Suratman mulai tersenyum dan tertawa seraya berseru, ” Ibu ini isteri Pak Rahman Gurning mantan pemain PSMS”.
Makin Bahagia
Atmosfir kesedihan di ujung petang itu seakan merambat perlahan-lahan lalu menghilang dan berganti dengan wajah ceria. Ini seiring dengan kehadiran Pak Syamsul Bahri Kautjil (SBK) mantan boss-nya Suratman menyumbangkan tembang kenangan spesial karya legendaris Said Effendi.
Katua ikapen ini tak cuma menyumbangkan suara gegar elangnya saja, tapi juga memberi nasihat sebagai tongkat di tempat licin dan mengapresiasi loyalitas Suratman semasa bertugas sebagai asisten GM BICT ini.
Apresiasi Presiden Inampa
Dalam atmosfir kesedihan, ternyata H.Suratman, S.Sos tidak sendirian. Masih banyak teman sejati yang siap menemani. Presiden Pandu Indonesia Pasoroan Herman Harianja di antaranya.
Selain memberikan apresiasi sangat berharga atas kesiapan Suratman men-setting kesiapan perhelatan di berbagai lini secara terintegrasi, sospk yang sangat mahir berbahasa Swedia ini dengan penuh semangat mengatakan, “Dalam keadaan senang maupun susah, Pak Suratman tetap saudara kita” ucap Pasoroan menutup bimbingan arahannya.
Berhelat Sambil Reuni
Setelah teman sejawat “berhurak sila”, kawan sekolah datang membawa tawa. Tetamu yang banyak menyimpan nostalgia dengan Suratman, satu persatu beruluk salam memberikan ucapan selamat. “Selamat berbahagia ya Pak Suratman”, ujar kawan sekolahnya.
Terbilang sebanyak 14 orang, mereka merupakan alumni Tahun 1979 SMA Hang Tuah Belawan. “Di Gedung Barumun –itulah ruang SMA–42 tahun silam kami berpisah setelah menerima ijazah. Alhamdulillah pada perhelatan ngundo mantu Pak Suratman ini kami berkumpul kembali” kenang Ibu Roslinawati Siregar mengomentari PRESTASIREFORMASI.Com.
Teringat KM TAMPOMAS I
Dari 14 alumnus SMA Hang Tuah tahun 79 ini rupanya hampir semua penyanyi beken. Lagu-lagu kelas domestik hingga mancanegara menggetarkan pentas keyboard. Suasana petang itu terasa menyingkap nostalgia anak Belawan.
Melihat rombongan alumni 79 ini bernyanyi dengan gaya dan suaranya yang spesifik , terasa bagaikan sedang berada di dek 4 KM TAMPOMAS I yang akan bertolak meninggalkan terminal penumpang Pelabuhan Ujungbaru Belawan menuju Tanjungpriok di penghujung tahun 70-an. (bgd. masri tanjung).