Labura, PRESTASI REFORMASI.Com -Labuhan batu Utara (Labura) yang terkenal hasil buminya dengan karet dan sawit, hingga saat ini masih memenuhi lahan pertanian masyarakat yang ada di sekitar kabupaten tersebut. Negeri bermotto “Bersimpul Kuat Babontuk Elok” ini telah mengalami suka-duka dari komoditi hasil pertanian mereka yang tumbuh subur, tanpa ada gangguan hama dari kedua tanaman tersebut.

Terlebih saat ini harga tandan buah sawit (TBS) yang saat ini sudah mencapai lebih dari Rp 2000/ kg. harga yang cukup stabil dan memuaskan. Hal itu tercermin di wajah para petani sawit cukup ceria dengan kenaikan harga yang cukup menggembirakan ini.

Namun kebalikan terjadi pada petani karet yang sampai saat ini cukup dengan keresahan mereka dengan harga yang sudah bertahan pada posisi di sekitar Rp 6700 sampai dengan Rp 9500 per kg nya.

Harga tertinggi tersebut pun sudah kadar 65 persen dengan penyusutan di bawah 5 persen. Dengan pengertian petani telah menyadap dua mingguan baru dijual ke pasar.

Hingga berita ini diturunkan keaadan harga tersebut belum ada perbaikan. Terlebih pada saat ini sudah musim trek ( gugur daun). Di mana kadar dan penyusutan pada karet tersebut sudah pasti akan merubah produksi.

Pada kondisi musim trek seperti ini jelas kadar air lebih tinggi. Hingga bisa bisa keaadaan mutu karet seperti ini akan memungkin untuk membuat harga karet lebih menurun pada grafik terendah.

Di tengah situasi pandemi Covid-19 yang belum tuntas hingga kini dan tak tahu kapan berakhir, mungkin akan membuat masyarakat petani karet selalu hidup dalsm keluh kesahnya.

Untuk itu, para petani karet di Labura, sangat berharap Pemerintah tanggap dengan soal harga karet yang sulit terdongkrak naik, karena sudah pernah di harga Rp. 15.000/kg.

Hingga kini para petani karet masih terus menanti dsn berharap, semoga mereka kembali menikmati harga yang stabil dan melegakan.mtentu harus campur tangan Pemerintah! (Saiful AP)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *