Kursi tempat duduk untuk pasien rawat jalan di poli ada yang sudah rusak sehingga tak dapat diduduki, padahal baru dioperasikan di akhir Januari 2021. (Foto: Saiful)

Labura, PRESTASIREFORMASI.Com – Terbukti sudah fakta mengenai buruknya pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Aek Kanopan, Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura). Bahkan, diperparah lagi dengan sejumlah peralatan yang rusak dan berkarat, melengkapi lemahnya Sistem Manajeman Organisasi di rumah sakit milik pemerintah itu.

Temuan tersebut terungkap ketika Komisi C DPRD Kabupaten Labura melakukan inspeksi mendadak (Sidak) ke RSUD Aek Kanopan, Senin (8/02/2021), setelah banyak menerima pengaduan dan kritikan masyarakat terhadap keberadaan rumaaah sakit tersebut.

Sebelumnya, Kabiro PRESTASIREFORMASI.Com Saiful Azhar Panjaitan yang hendak cek up dan berobat di RSUD Aek Kanopan, Rabu (3/2/2021) juga menyaksikan langsung sejumlah tempat duduk untuk pasien rawat jalan di poli sudah rusak dan kaki-kaki kursinya sudah peot sehingga tak dapat di duduki. Pada hal baru dioperasikan di akhir Januari 2021.

Saat Sidak, Rombongan dipimpin langsung Ketua Komisi C Augustinus Simamora,SH.M.S.i didampingi Angggota Komisi C Arif Ripai,SP, H. Ari Susilo Polopo Siregar,SP dan H. Zaharuddin Tambunan,Lc.S,Pd.I.

Di dalam Sidak tersebut Komisi C menemukan masih banyak ruangan RSUD Aek Kanopan tidak mengikuti Standar Operasioal Prosedur (SOP) yang tidak difasilitasi dengan pendingin ruangan.

Paling parah, ada alat medis yang berkarat–seharusnya steril dan bersih mengkilap–di ruangan persalinan yang masih digunakan oleh pihak Rumah Sakit dan tidak tersedianya Obat bagi pasien.

Di sisi lain Komisi C juga menemukan kelemahan dari Sistem Manajeman Organisasi  yang ada Di RSUD Aek Kanopan tersebut.

Komisi C mengkritik keras kinerja Direktur RSUD Aek Kanopan, dan permasalahan yang ada di Rumah Sakit tersebut akan dibawa dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) sebagai tindak lanjut, hal ini disampaikan oleh Ketua Komisi C Augustinus Simamora,SH.M.S.i

“Sangat menyedihkan, bagaimana mungkin di rumah sakit sebesar RSUD Labura ini, ada alat medis yang berkarat digunakan di ruangan bersalin, ini sangat keterlaluan,” tegas Ketua Komisi C ini.

“Dari dua hari kegiatan Sidak di RSUD Labura, kita banyak menemukan kelemahan dari sistem manajemen organisasi di RSUD Labura ini, bukan tidak mungkin, setelah semua hasil Sidak dibawa dalam rapat komisi sebagai tindak lanjut, bisa saja Komisi C DPRD Labura menerbitkan rekomendasi kepada atasan beliau untuk meninjau ulang posisi dr Mestika Mayang sebagai Direktur RSUD Labura,” ucapnya seperti dilansir Waspada.id. Selasa (9/2).

Masih digunakannya alat medis berkarat ini menurut Komisi C disebabkan karena tidak tanggapnya pihak manajemen RSUD Labura selaku pengelola dalam pengadaan peralatan kesehatan (Alkes).

Terlihat alat partus set berkarat dan masih digunakan di ruang bersalin. Waspada/ist
Terlihat alat partus set berkarat dan masih digunakan di ruang bersalin. (istimewa)
Bayi yang terkena infeksi saat dirawat tanpa penyejuk ruangan. Waspada/ist
Bayi yang terkena infeksi saat dirawat tanpa penyejuk ruangan. (Istimewa)

“Petugas yang berada di ruangan tersebut menerangkan kepada kita telah mengusulkan berkali-kali kepada Direktur RSUD untuk pergantian alat yang sudah berkarat, namun tidak mendapat respon yang baik hingga saat ini,” jelas politisi PDIP ini.

Dalam Sidak Komisi C Labura selama 2 hari, banyak hal yang ditemukan, tak hanya langkanya beberapa jenis obat serta buruknya pelayanan dan penanganan kepada pasien.

“Ada hal yang cukup serius di RSUD Labura ini, yaitu tentang langkanya obat-obatan yang bersifat urgent, seperti serum untuk penanganan pendarahan dan beberapa obat lain yang diperlukan dalam penanganan medis yang bersifat urgent. Hingga akhirnya, pihak RSUD hanya merujuk pasien kerana alasan ketiadaan obat dan ketidakmampuan dalam penanganan tindakan medis lanjutan,” papar Simamora.

Tak cukup sampai di situ, Ketua Komisi C DPRD Labura yang terkenal cukup vokal ini juga mengkritisi fasilitas ruangan bagi Balita yang butuh penanganan serius.

“Di ruangan bayi, kita menemukan ada seorang bayi yang menurut petugas terkena infeksi, namun sedihnya, fasilitas ruangan tersebut tidak dilengkapi dengan pendingin ruangan, membuat keluarganya terus mengipasi si bayi dengan kertas, kita tidak tahu apakah bayi tersebut dapat bertahan, semoga saja bayinya diberi kekuatan dan kesehatan,” harapnya.

Di sisi lain, politisi muda Partai Golkar yang juga berasal dari Komisi C DPRD Labura, H Ari Susilo Popo Siregar mengkritisi kinerja Direktur RSUD Labura, dr Mestika Mayang. (h/saiful/wol)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *