Kuburan ditonjolkan atau ditandai dengan batu nisan. Ada beberapa catatan di batu nisan. Ada doa, identitas manusia yang dikuburkan di situ. Tanggal lahir dan kematiaan. Ada juga hanya batu biasa dan tanpa nama. Dan yang terakhir tanpa batu nisan.

Membayangkan saja ada rasa seram dan takut pada diri, apalagi dalam keadaan malam hari. Apalagi berdiri sendiri di kuburan walau itu kuburan keluarga. Sendiri dikurung sepi, sendiri disirami bulan. Ditingkahi lolongan anjing dari jauh mengebiri pikiran, takut, bodoh terus mati.

Pikiran yang mati, menjadi dungu. Mencari jalan sulit dan berliku terhadap satu problem, padahal bisa terselesaikan dengan jalan lurus, satu kita “jujur”. Begitu sulitkah untuk itu di saat diri sudah dekat kuburan.

Di hidup ini, bulan sabit adalah situasi bulan yang banyak disukai. Bentuk yang indah dengan cahaya temaramnya begitu damai ke hati. Dari sini langkah dimulai untuk bergerak maju menuju purnama, bulan bundar dengan cahaya terang.

Purnama sering membuat diri lupa akan gelap. Lupa dengan genggaman tangan menelusuri lorong -orong, bersama tersesat dan bersama sampai tujuan. Mereguk seteguk air walau itu kopi pahit saja./Padahal purnama hanya sebentar, lebih lama sabitnya.

Kuburan adalah tempat jenazah di kubur, tempat kita setelah mati. Rasa takut ke kuburan perlu juga dihilangkan, karena kematian itu pasti adanya. Bersiap sajalah, apakah kematiaan datang lalu diantar ke kuburan saat bulan sabit atau saat bulan purnama?

Yang pasti ketika bulan ada di atas kuburan, kita lagi tiduran.(nf)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *