Di tengah perubahan iklim, populasi, krisis pangan, dan masalah kesehatan global, inovasi berbasis sains dan teknologi dinilai mampu menjadi kunci menciptakan solusi yang inovatif dan berkelanjutan di berbagai bidang.
Namun, saat ini minat generasi muda Indonesia terhadap sains dan teknologi didapati masih tergolong rendah. Survei PISA (Program for International Student Assessment) oleh OECD tahun 2016 menemukan, minat berkarir anak-anak Indonesia di bidang sains hanya 1:7, dibandingkan negara OECD lainnya dengan 1:4.
Strategi Ini Hal ini juga terefleksi dari data BAPPENAS 2021 yang menunjukkan bahwa minat mahasiswa terhadap program studi sains dan teknologi untuk program S1/D4 hanya sebesar 32,1 persen dibandingkan bidang sosial dan humaniora yang mencapai 67,9 persen.
Padahal, dengan lebih dari 270 juta penduduk dan hampir 70 persen diantaranya usia produktif, Indonesia memiliki potensi sumber daya manusia yang luar biasa besar. Sehingga, amat disayangkan jika potensi itu tidak dimaksimalkan untuk perkembangan sains dan teknologi di Indonesia.
Dokter di bidang obstetri dan ginekolog, Darrell Fernando mengatakan, fenomena ini tidak diartikan bahwa semua anak harus jadi peneliti, melainkan bagaimana keingintahuan anak difasilitasi oleh orangtua.
“Terkadang ada anak bertanya tapi orangtua menyuruh diam atau bertanya tapi mendapatkan jawaban dari sumber yang salah. Tapi ketika keingintahuan anak difasilitasi oleh orangtua sehingga ketika dewasa dia bisa mencari solusi untuk masalah-masalah dan tidak hanya dipendam saja atau bingung mencari solusi untuk permasalahannya,” ungkap Darrell dalam acara Press Conference: Hari Keluarga Nasional 2023 yang dilaksanakan di AYANA Midplaza, Jakarta Pusat, Selasa (27/6/23).
Ia mengatakan ada urgensi menanamkan semangat dan kecintaan terhadap sains dan teknologi sejak dini dan dimulai dari keluarga.
Dengan semangat #JadiLebihBaik melalui sains dan teknologi, Bayer Indonesia mengajak masyarakat, khususnya para orangtua untuk dapat terus mendorong dan mendukung minat anak pada sains dan teknologi, untuk membangun masa depan yang lebih baik.
Kukuh Ambar Waluyo selaku Bayer Head of Field Solution South East Asia & Pakistan menjelaskan, sains dan teknologi bahkan memiliki peran tersendiri dalam bidang pertanian di Indonesia. (h/kcm)