Slide GEMPA & TSUNAMI DAHSYAT ACEH, 26 Desember 2004: Pukul 7.59 waktu setempat, gempa berkekuatan 9,1 sampai 9,3 skala Richter mengguncang dasar laut di barat daya Sumatra, sekitar 20 sampai 25 kilometer lepas pantai. Hanya dalam beberapa jam saja, gelombang tsunami dari gempa itu mencapai daratan Afrika.

Catatan: Husor Parissan Sitompul

Jakarta, PRi.Com – Akhir-akhir ini, publik di tanah air dihebohksn informasi tentang bakal terjadinya bencana dahsyat dengan potensi Magnitudo 8,8 dan tsunami setinggi 20 meter di Pulau Jawa.

Informasi itu menjadi viral di jagad medsos, sehingga masyarakat khususnya di kawasan pesisir pantai selatan Jawa gusar dan dicekam ketakutan.

Rasa takut itu muncul dengan membayangkan peristiwa di Provinsi Aceh 15 tahun lalu, gempa berkekuatan 9,1 sampai 9,3 skala Richter mengguncang dasar laut di barat daya Sumatra, sekitar 20 sampai 25 kilometer lepas pantai. 

Provinsi Aceh di utara Pulau Sumatra adalah kawasan terparah yang dilanda tsunami. Sedikitnya 130.000 orang tewas di kawasan ini saja.

Bencana dahsyat seperti itu pula yang dibayangkan banyak orang, bila terjadi gempa dengan potensi Magnitudo 8,8 dan tsunami setinggi 20 meter di kawasan pesisir pantai selatan Jawa, atas perkiraan pakar tsunami dari Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko.

Daerah yang berpotensi terkena dampak gelombang tsunami jika terjadi gempa besar di pantai selatan Jawa, terutama di selatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yaitu dari Cilacap hingga ke Jawa Timur.

“Ada segmen-segmen megathrust di sepanjang (pantai) selatan Jawa hingga ke Sumba di sisi timur dan di selatan Selat Sunda. Akibatnya, ada potensi gempa megathrust dengan magnitudo 8,5 hingga 8,8,” papar Widjo dalam konferensi pers di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DI Yogyakarta pada Rabu (18/7/2019).

Pelaksana Harian (Plh) Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo menanggapi, bagaimana kita menyikapi dengan baik terkait prakiraan gempa dan tsunamitersebut.

“Sikap yang paling utama adalah selalu siap siaga menghadapi potensi bencana yang sudah dijelaskan di atas. Beberapa hal yang bisa dilakukan masyarakat, yakni mengenali potensi ancaman di lokasi anda tinggal. Bisa gunakan aplikasi InaRISK dari BNPB,” kata Agus sebagaimana informasi seperti dilansir dari Health Liputan6.com, Sabtu (20/7/2019).

Upaya membangun bangunan yang tahan gempa bisa dilakukan, terlebih lagi bangunan yang sudah ada kurang kurang kuat.1 of 4

Prinsip 20-20-20

Kawasan wisata pantai Garut Selatan yang memanjang mulai Cidaun perbatasan Cianjur, hingga Cibalog Kabupaten Tasikmalaya, sangat potensial menjadi salah satu penyumbang terbesar PAD masyarakat Garut Selatan (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Kawasan wisata pantai Garut Selatan yang memanjang mulai Cidaun perbatasan Cianjur, hingga Cibalog Kabupaten Tasikmalaya, sangat potensial menjadi salah satu penyumbang terbesar PAD masyarakat Garut Selatan (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Sebagai bentuk respons cepat, bagi masyarakat yang tinggal di pinggir pantai selatan Jawa bisa menerapkan prinsip 20-20-20. Teknik ini demi keselamatan masyarakat sehingga meminimalisir timbulnya korban jiwa.

“Ketika merasakan gempa selama lebih dari 20 detik meskipun gempanya tidak besar, Anda harus mengevakuasi diri setelah gempa berhenti. Kemungkinan tsunami akan tiba dalam waktu 20 menit setelah gempa.

Dan kemungkinan tinggi tsunami 20 meter. Jadi, harus (segera) mengevakuasi diri ke tempat yang tinggi atau gedung tinggi dengan minimal ketinggiannya 20 meter,” saran Agus, yang mengunggah penjelasan ini di akun Facebook pribadinya.

Salah satu usaha BNPB menghadapi bencana yakni mengedukasi masyarakat. Edukasi berupa meluncurkan Kursus Online BNPB 101 Keluarga Siaga Bencana, yang diluncurkan pada 26 April 2019 di Lembang, Jawa Barat.

Bukan Membuat Masyarakat Takut

Gelombang pasang setinggi 5-7 meter menerjang pesisir selatan Kebumen dan merusak 120 warung di pantai wisata, Selasa (11/6/2019). (Foto: Liputan6.com/BPBD Kebumen/Muhamad Ridlo)

Gelombang pasang setinggi 5-7 meter menerjang pesisir selatan Kebumen dan merusak 120 warung di pantai wisata, Selasa (11/6/2019). (Foto: Liputan6.com/BPBD Kebumen/Muhamad Ridlo)

Penjelasan Widjo tentang potensi gempa Magnitudo 8,8 dan tsunami setinggi 20 meter di pantai selatan Jawa membuat publik bertanya-tanya. ‘Banyak yang tertanya kapan terjadi?’

“Tapi itu adalah pertanyaan yang salah untuk gempa bumi. Karena tidak ada yang bisa mengetahui kapan pastinya. Para pakar memberitahu akan adanya potensi gempabumi di Palung Jawa yang membentang dari Sumatera di bagian barat sampai Sumba di bagian timur,” Agus melanjutkan.

Di sisi lain, peringatan tersebut bukan untuk menakut-nakuti masyarakat, ujar Agus. Namun, sikap yang tepat bagi masyarakat di wilayah yang akan terdampak potensi gempa bumi dan tsunami tersebut adalah selalu siap siaga. Masyarakat harus lebih fokus pada kesiapsiagaan.

“Jangan sampai peringatan yang sudah disampaikan para pakar tidak diindahkan oleh masyarakat dan menimbulkan korban jiwa serta harta benda yang banyak. Seperti pada kejadian Tsunami Banten dan Gempa bumi Palu,” ujarnya.

Sebelumnya, Widjo Kongko pernah memperingatkan akan adanya potensi tsunami di Banten. Pada 3 April 2018, ia menyampaikan pemaparannya bertajuk “Potensi Tsunami Jawa Barat” berdasarkan pemodelan yang dilakukannya.

Dari sejumlah skenario itu, beberapa kota di bagian barat pulau Jawa bisa terkena tsunami. Diduga Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten akan menjadi wilayah dengan ancaman tsunami terbesar. Jika terjadi tsunami di sana ombaknya diperkirakan setinggi 57 meter dan mencapai daratan dengan waktu kira-kira 6 menit.

Pemerintah daerah menganggap peringatan itu menyebabkan ketakukan masyarakat dan menghambat investasi. Kemudian, secara mengejutkan, pada 22 Desember 2018 terjadi Tsunami Banten yang bersumber dari Gunung Krakatau serta menelan korban jiwa yang cukup banyak. (h/L6C)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *